Di penghujung musim semi, Kimmy Hastee yang telah bekerja selama tiga tahun lamanya di sebuah panti jompo elit dipindah tugaskan dari panti jompo Battersea Place ke panti jompo Auriens yang berada di London. Di sana, Kimmy bertemu dengan kawan baru sekaligus seorang kakek penghuni panti yang sekilas serasa aneh menurutnya. Bagaimana tidak, Tuan Javier yang telah berkepala tujuh ini lebih suka menyendiri duduk termenung entah memikirkan apa di bawah pohon cemara sambil mengunyah permen karet.
Suatu hari Kimmy berkesempatan untuk bercengkrama dengan si kakek. Rupanya, Tuan Javier selalu memakai kalung dengan liontin yang tinggal separuh di balik syal rajutnya. Sebuah foto usang yang terpampang di balik kaca berjamur yang Tuan Javier akui adalah potret dirinya semasa muda.
Di bulan Juli yang terik, Kimmy dan teman-temannya mendapat kabar bahwa Tuan Javier mengalami serangan jantung mendadak yang mengharuskannya untuk terbaring lemah di ranjang rumah sakit. Dokter memvonis umurnya tidak akan lama lagi. Hingga pada akhirnya Tuan Javier meminta bantuan kepada Kimmy untuk mencari orang yang telah membawa liontinnya. Tepatnya, orang yang dulu ia titipi benda oval perak itu.
Caranya?
Gatwick Express.
Dengan menaiki salah satu gerbong kereta api lintas waktu di Stasiun London Euston untuk kembali ke masa lalu. 40 tahun silam menemui Tuan Javier yang masih berusia 30 tahun lebih muda dari dirinya saat ini.
Misi Kimmy dimulai dari sini.
"Berapa harga tiket yang harus kubayar?"
"Kau hanya perlu membayarnya dengan waktumu, Nona. Setiap satu tahun yang kau kunjungi kau akan diberi kesempatan satu hari berada di masa lalu. Jika kau melakukan perjalanan mundur 40 tahun yang lalu, maka kau memiliki kesempatan selama 40 hari untuk menyelesaikan urusanmu. Kembalilah saat kereta kami datang di hari terakhirmu pukul 12 lewat 12 menit."
"Bagaimana jika aku terlambat?"
"Sepertinya aku tidak perlu menjelaskan apa yang terjadi pada seseorang yang terjebak di masa lalu."
Prisha nyaris menghabiskan dua windu hidupnya untuk mencintai seorang saja pria. Terjabak friendzone sedari remaja, Prisha tidak pernah menyangka jika patah hatinya gara-gara Paradikta menikah dapat membuatnya hampir mati konyol. Dia baru saja bebas dari jerat derpresi saat melihat Paradikta justru kembali ke dalam hidupnya dengan aroma-aroma depresi yang sangat dia kenali.
"Kamu pikir, kematian bakal bawa kamu ke mana? Ketemu Saniya? Kamu yakin udah sesuci dia? Jangan ngimpi Radi!"
"Mimpi? Ngaca! Bukannya itu kamu? Menikahi saya itu mimpi kamu kan?"
Dan, Prisha tahu jika Paradikta yang dua windu lalu dia kenal saat ini sudah tidak lagi ada.