Kilasan Fantasi
  • Reads 266
  • Votes 47
  • Parts 15
  • Reads 266
  • Votes 47
  • Parts 15
Ongoing, First published Jan 03, 2022
Hewan buas, teknologi nano, pedang raja Arthur, lorong gelap, hantu kastil kosong, hilang ingatan.

Semesta yang tak selalu sama, terkait satu dengan yang lainnya, dirajut oleh benang-benang takdir. Apakah kita semua hidup di zaman yang berbeda? Ataukah ada sosok lain yang menggerakkan setiap langkah kita? Menentukan garis hidup di luar ruang dan waktu? Melalui artefak-artefak dan bukti kehidupan semu?

An entity who knows destiny, The one above all, The puppet master, Thy who sees, Thy who seeks, The all knowing, Father and Mother of all being.

----------------------------------------

Kumpulan cerita yang sangat berbeda satu sama lain, setiap bab baru dimulai dengan cerita baru yang setiap minggu ditambahkan satu bagian.

----------------------------------------

#1 in Science as of February 2022
Selected as Writing In Action Indonesia Reading List 2022
All Rights Reserved
Sign up to add Kilasan Fantasi to your library and receive updates
or
#48abadpertengahan
Content Guidelines
You may also like
You may also like
Slide 1 of 10
Entwined by fate || BXB cover
Sorry, Brothers. cover
spit licking•|| BL || cover
Transmigrasi Figuran cover
BENANG MERAH (BECKFREEN)  cover
Transmigrasi Vira [END] cover
Become Antagonist's Brother cover
Under Wraps cover
Sorry Mr. Husband (END) cover
I want to be loved cover

Entwined by fate || BXB

13 parts Ongoing

"Haha... lucu," gumam Rei, masih dengan mata terpejam. "Sangat lucu." Demian menoleh, diam. "Jadi ternyata benar. Kau memang gila, Demian. Tapi aku tak menyangka... segila itu." Nada suaranya tajam, bergetar oleh luka yang belum sempat mengering. Demian menatapnya dingin. "Itu hukuman. Karena kau berani melawan." Rei tertawa pelan, getir. "Hukuman? Kau kira setelah ini aku akan patuh padamu? Tidak, Demian. Tidak akan pernah!" suaranya meninggi, gemetar oleh amarah dan rasa muak. "Jaga ucapanmu, Rei," balas Demian tajam. "Jangan buat aku harus mematahkan kaki yang satunya lagi." Lalu ia berbalik dan pergi, meninggalkan ruangan dengan langkah tenang namun penuh ancaman. Rei terdiam. Ia mengangkat lengannya, menutup wajahnya-dan tertawa lagi, tawa yang berubah menjadi isakan. "Apa... kakiku dipatahkan?" batinnya lirih. Air mata mengalir diam-diam di sela lengan yang menutupi wajahnya. Tapi bukan hanya soal kakinya, semua yang terjadi semalam, membuat harga diri nya hilang. semua emosi berkumpul di dada dan menghantamnya sekaligus.