"Tanyakan pada Tuhan mu Salma. Bolehkan aku yang bukan umat-Nya, tetapi mencintai hamba-Nya." Tubuhku menegang kaku. Sudah waktunya kah? Aku belum siap ya Allah. Aku tidak ingin menyakitinya. Tapi mengapa dia dengan lugas mengatakan perasaanya padaku. Sebelumnya tidak pernah. Apa yang harus ku jawab. " لَـكُمْ دِيْنُكُمْ وَلِيَ دِيْن "Untukmu agamamu, dan untukku agamaku." Q.S Al-Kafirun Ayat 6. Agama kita jelas berbeda Marteen, dan kamu tahu itu. Tolong jangan menempatkan ku pada situasi yang sulit." "Kamu hanya tinggal mengatakan ya, atau tidak. Tidak ada yang menyulitkanmu." "Jangan membuatku terpaksa menyakitimu yang nantinya hanya akan membuat mu membenciku. Aku tidak ingin persahabatan kita berempat rusak hanya karena kamu menaruh hati padaku." "Apa yang salah dengan mencintai seseorang?" Tubuhku bergetar. Tuhan aku ingin menangis. "Jalan mu yang salah. Banyak wanita yang jauh lebih baik daripada aku. Yang seiman dengan mu. Yang bisa bersanding dengan mu dan pastinya bukan aku. Aku selalu berdo'a semoga kamu mendapat yang terbaik." "Tapi bagiku kamu yang terbaik. Tidak akan ada yang bisa menggantikanmu di hatiku." Aku menetralkan nafas ku yang tidak beraturan. Tenggorokan ku terasa tercekat karena menahan tangis sedari tadi. "Terkadang Tuhan menguji umat-Nya dengan cinta beda agama. Hanya untuk memastikan apakah umat-nya lebih mencintai pencipta-Nya. Atau ciptaan-Nya." Aku sedikit takut melihat Marteen yang mengepal kan tanganya di bangku halte. Apa dia ingin menyakitiku? Tidak! Marteen bukan orang yang seperti itu. Aku sedikit bernafas lega karena Marteen tidak membalas perkataan ku. Ya Allah, semoga Marteen sadar bahwa perasaanya selama ini untuk ku adalah sebuah kesalahan. Mana orang yang akan menjemputku? Mengapa lama sekali? "Bisakah kamu bilang pada Tuhan mu Salma? Aku hanya mencintai hamba-Nya. Bukan merebut dari-Nya." Hatiku kembali berdesir mendengar kata-kata lirih yang Marteen ucapkan.All Rights Reserved