Story cover for A Boy Who Misses the Sun by upiknehanehi
A Boy Who Misses the Sun
  • WpView
    Reads 899
  • WpVote
    Votes 84
  • WpPart
    Parts 10
  • WpView
    Reads 899
  • WpVote
    Votes 84
  • WpPart
    Parts 10
Ongoing, First published Jan 07, 2022
Leon Sagara, seorang anak bungsu anak keluarga kaya raya. Namun, kehadirannya di ditolak sang Ibu sebab menderita penyakit jantung sejak lahir. Sekarang, satu-satunya orang yang merawatnya sudah meninggal. Leon harus pindah ke kota agar Ayah lebih mudah mengurusnya.

Sebagai seorang yang tidak punya apapun lagi, Leon lelah menjalani hidup. Walau begitu, dia juga tidak ingin mati. Leon yang telah melalui banyak hal menyakitkan sepanjang hidup, kini bertahan dengan berharap suatu saat bisa olahraga dan bermain sepuasnya tanpa peduli dengan penyakit yang dia derita.

Sampai akhirnya dia menemukan sekelompok kakak kelas (dominan perempuan) yang sangat memujanya. Dia bahkan dibuat bergabung ke ruang obrolan khusus peserta ekstrakurikuler padahal bukan peserta cuma karena dia ganteng.

Terima kasih wajah ganteng. Leon tidak tahu bagaimana kehidupannya selanjutnya tetapi dia menikmati saat-saat dia bisa mendengar kakak-kakak kelasnya menggoda dia.

Terbit setiap hari Jumat
Caution: family drama, friendship, bromance, sports, bully
All Rights Reserved
Sign up to add A Boy Who Misses the Sun to your library and receive updates
or
#397sisterhood
Content Guidelines
You may also like
Raga Arga  [Sudah Terbit] by aksara_jiwa
54 parts Complete
Jika ditanya apa yang spesial dari kehidupan si kembar, Raga dan Arga, mungkin jawabannya tidak ada, andai keduanya tidak pandai-pandai bersyukur. Bagaimana tidak, kepergian sang bunda menjadi titik awal kehidupan mereka yang sesungguhnya. Getir pahit melekat di dalamnya. Arga disalahkan oleh neneknya atas kepergian sang bunda. Lantas rasa bersalah dan trauma yang begitu besar terpatri kuat dalam dirinya, sejak saat itu hidupnya berubah seiring dengan jiwa yang bergonta-ganti mengisi raganya. Kadang, ketika bangun tidur Arga akan merengek layaknya anak kecil yang mencari bundanya. Kadang juga Arga menjadi sosok yang membenci dirinya sendiri, menghancurkan cermin yang ada di kamarnya, lalu berujung menyakiti dirinya sendiri. Raga, nyatanya wajah tampan dan unggul dalam basket tak lantas membuatnya dipandang. Bagi teman sekelasnya, Raga tak lebih dari sampah yang harus cepat-cepat dibersihkan. Bukan Raga tak mau melawan mereka, hanya saja rasanya percuma, mereka terlanjur menjadi budak sekolah yang gila nilai. Lalu, mampukah keduanya menjalani dan melawan segala getir pahit dalam kehidupan? Atau memilih menyerah, berpasrah pada Tuhan? *** Bukan skenario hidup seperti ini yang aku inginkan, memerani tiga tokoh sekaligus dalam satu kali kesempatan hidup. Andai bisa aku ingin terlahir kembali menjadi aku yang hanya satu- Samudra Arga Pratama Aku lelah menjadi senja yang ditunggu dan dikagumi di penghujung waktuku-Samudra Raga Dwitama *** Takkan gugur daun yang menguning itu jika memang belum habis waktunya. Takkan turun rintik hujan itu sekalipun langit telah menggelap jika memang belum saatnya. Pun dengan jantung yang takkan berhenti berdetak jika memang Tuhan belum berkehendak.
You may also like
Slide 1 of 10
Raga Arga  [Sudah Terbit] cover
Listen to My Heartbeat cover
TigaL || Selesai cover
Menjadi Skala ✓ cover
FOR A KINDER WORLD cover
Sejenak Luka cover
MAVAKA cover
Transmigrated as twins cover
ASKA (New Version) cover
Rumah Tanpa Pintu [ON GOING] cover

Raga Arga [Sudah Terbit]

54 parts Complete

Jika ditanya apa yang spesial dari kehidupan si kembar, Raga dan Arga, mungkin jawabannya tidak ada, andai keduanya tidak pandai-pandai bersyukur. Bagaimana tidak, kepergian sang bunda menjadi titik awal kehidupan mereka yang sesungguhnya. Getir pahit melekat di dalamnya. Arga disalahkan oleh neneknya atas kepergian sang bunda. Lantas rasa bersalah dan trauma yang begitu besar terpatri kuat dalam dirinya, sejak saat itu hidupnya berubah seiring dengan jiwa yang bergonta-ganti mengisi raganya. Kadang, ketika bangun tidur Arga akan merengek layaknya anak kecil yang mencari bundanya. Kadang juga Arga menjadi sosok yang membenci dirinya sendiri, menghancurkan cermin yang ada di kamarnya, lalu berujung menyakiti dirinya sendiri. Raga, nyatanya wajah tampan dan unggul dalam basket tak lantas membuatnya dipandang. Bagi teman sekelasnya, Raga tak lebih dari sampah yang harus cepat-cepat dibersihkan. Bukan Raga tak mau melawan mereka, hanya saja rasanya percuma, mereka terlanjur menjadi budak sekolah yang gila nilai. Lalu, mampukah keduanya menjalani dan melawan segala getir pahit dalam kehidupan? Atau memilih menyerah, berpasrah pada Tuhan? *** Bukan skenario hidup seperti ini yang aku inginkan, memerani tiga tokoh sekaligus dalam satu kali kesempatan hidup. Andai bisa aku ingin terlahir kembali menjadi aku yang hanya satu- Samudra Arga Pratama Aku lelah menjadi senja yang ditunggu dan dikagumi di penghujung waktuku-Samudra Raga Dwitama *** Takkan gugur daun yang menguning itu jika memang belum habis waktunya. Takkan turun rintik hujan itu sekalipun langit telah menggelap jika memang belum saatnya. Pun dengan jantung yang takkan berhenti berdetak jika memang Tuhan belum berkehendak.