Perasaan jatuh cinta. Perasaan senang tak terbendung saat membayangkan sang kekasih. Membayangkan wajahnya, suaranya, dan berbagai hal lain yang berhubungan dengan orang yang dicinta. Namun perasaan gundah gulana tidak jarang menerpa, memikirkan hal-hal buruk yang mungkin dapat menjadi "badai" dari hubungan yang dengan susah payah di jalin. Perasaan sedih pun timbul saat beberapa dari badai tersebut ternyata benar-benar terjadi. Tak lupa dengan perasaan kecewa yang mendalam saat badai yang amat besar melanda, memporak-porandakan apa-apa yang telah dibangun sebelumnya. Seluruh perasaan tersebut bercampur menjadi suatu rasa yang sulit untuk diungkapkan.
Tak jarang orang berkata jatuh cinta itu seperti permen nano-nano, dapat terasa manis, dapat pula terasa asin, dan mungkin terasa asam. Perasaan "nano-nano" tersebut lah yang sudah lama tidak aku rasakan, ditambah dengan banyaknya postingan bertema kemesraan di media sosial yang membuatku semakin rindu akan perasaan tersebut. Bukan, aku bukan hendak menceritakan kisah tentang bagaimana seseorang yang akhirnya dapat mengambil alih hatiku setelah sekian lama, tetapi aku akan menceritakan kisah tentang seseorang yang membuka pintu hatiku untuk pertama kalinya.
Kisah ini terjadi empat tahun lalu, tepatnya saat aku tengah duduk di bangku kelas dua SMP. Bermula pada hari pertama masuk sekolah setelah libur kenaikan kelas yang panjang...
Sebuah pernikahan yang menyiksa bagi Kia, ia harus menikahi pria paling mengerikan yang pernah ia jumpai. Marco benar-benar pria yang tidak ada belas kasihan, dia bisa membunuh istrinya sendiri demi keinginannya sendiri, hal yang paling menyakitkan adalah saat Marco melempar tubuhnya dari lantai tiga dan yang membuat Kia tidak bisa berpikir dengan jernih adalah saat ia terbangun kembali setahun sebelum kejadian mengerikan itu.