Bagi Sandhyakala Dewi Kusuma (Sandhya), kehidupannya selama hampir tiga tahun belakangan sebagai seorang pengelana digital, alias digital nomad, bagaikan awan-awan yang berkelana tanpa tahu arah. Hampir tidak ada kata "menetap" dalam kamus hidup Sandhya. Setiap kota, setiap negara yang ia sambangi adalah impian-impian singkatnya. Setiap tempat di mana ia bisa merasa nyaman, otomatis akan menjadi suaka bagi Sandhya. Namun, semua rasanya telah berubah ketika ia memutuskan untuk menjadikan "Negeri di Awan"--tempat yang katanya adalah bumi peristirahatan bagi para dewa--sebagai persinggahan sementaranya yang baru.
Seperti julukannya, tempat di atas gunung yang dikelilingi awan, kabut-kabut, dan kemarau yang justru terasa beku, memeluk hari-hari Sandhya dalam pelariannya selama singgah di sebuah suaka baru bernama "Paviliun Langit". Di sana pulalah Sandhya akhirnya bertemu dengan Abiyasa Narendra Sjarif (Rendra)--si Pria Pelukis Awan--yang akhirnya mengusik kelana yang selama ini Sandhya anggap sebagai renungan paling sunyi. Pria yang seolah bicara begitu banyak hal dalam diam dan tatap sendunya itu, akhirnya mengizinkan Sandhya menjamah satu tempat berawan di hatinya.
Dipublikasikan pada: 15 maret 2022
Tamat pada: 4 September 2022
~Anabiya Widyanti~
Bukan niat balas dendam. Perasaan ini emang sudah nggak bersisa. Mau dia jungkir balik minta kesempatan, nggak akan kuterima. Eh, sayangnya setinggi-tingginya tiang bendera, kalau dibuatnya pakai besi, bukan semen, goyang juga. Kali ini biarkan dia berjuang karena akunya sudah nggak kuat.