"apa penantianku bisa kau jamin akan berakhir bahagia? apa kau menjamin bahwa semua yang aku pertaruhkan tidak akan sia-sia? jika iya maka aku bersesia." dan dia terdiam kaku, maniknya tak lagi menatapku. ia jatuhkan pandangannya ke bawah. aku tersenyum miris. menghapus air mataku dengn kedua telapak tangan, memandangnya sekali lagi, saat ku telisik tak ada tanda-tanda ia akan melanjutkan obrolan ini, aku memutar tubuhku hendak melangkahkan kaki meninggalkan tempat ini. "manusia memang tidak bisa menjamin apa-apa, tapi bukannya kamu pernah bilang jika apa yang kita percayai dan yakini itu yang akan kita dapat." suara batitonnya mengurungkan langkahku. aku terdiam menunggu kata selanjutnya. "tapi bagaimana aku bisa membuatmu percaya, jika pintumu kau tutup rapat-rapat." tubuhku bergetar, menahan tangis yang ingin pecah. mengingat semua yang sudah ia lakukan untukku sejauh ini. "aku sudah mengusahakan segala hal, tapi kamu yang menolak semuanya, seolah-olah aku ini orang asing yang tidak boleh mendekat bahkan memandang rumahmu saja tidak bisa. ku bawakan bunga bahakan berlian sebesar apapun kamu tidak akan membukakan pintu untukku." getaran itu semakin hebat kilas balik semua manis yang ia berikan terlintas dengan cepat dalam ingatanku. air mataku lolos, kugigit bibir ku sekuat mungkin agar isakanku tidak terdengar olehnya. "aku memang tidak bis menjamin apa-apa. tapi aku berusaha. yang bisa aku lakukan hanya berusaha, karena takdir bukan berada di tanganku Ghi." lututku lemas mendengar suaranya yang terdengar begitu pilu dan bergetar seolah menahan tangis. aku terduduk membelakanginya, sebab tidak bisa lagi menahan getaran hebat itu, kutumpahkan tangis yang sejak tadi tertahan. "aku... takut... " lirihku akhirnya.All Rights Reserved
1 part