Sorban putih milikmu yang melambai akibat tiupan angin itu membuat mataku terpana. Petang ini, hari terakhir aku dapat mendengar suara merdu dari balik pintu rumah. Wajah putih bersinar milikmu akan menjadi memori paling berharga yang aku punya. Namun bukan itu yang menjadi sebab syukur paling keras yang aku langitkan pada Tuhan. Tetapi pertemuan denganmulah, yang membuat jiwa kejiku tersadar dan kembali pulang. Musholla, Mukena, serta muhasabah yang Kau berikan padaku disetiap subuh tiba. Maka ketika esok hari mentari menampakkan jingganya, aku tidak akan lagi menemukanmu disana. "Jangan kembali ke jalan yang rusak itu, Zahra." ucapmu ketika aku akan menaiki kereta menuju kota selanjutnya. Anggukan singkatku menjadi perpisahan paling indah bersama kepingan kenang di pukul lima petang. Sampai jumpa, aku harap aku masih bisa melihat dirimu di pertemuan selanjutnya.