Rumah, satu kata tapi memiliki banyak sekali makna. Farras Ananta menyebut dia sebagai, rumah. Sebenarnya, untaian kata tidak akan cukup untuk mendeskripsikan sosok yang satu ini.
Bagaikan rumah, dia selalu menjadi tempat ternyaman untuk pulang, dia selalu menjadi tempat teraman untuk berbagi segala hal. Dia yang selalu memberikan sesuatu yang terbaik hanya untuk membuat orang tersenyum. Dia selalu berusaha agar orang di sekitarnya bahagia.
Bahkan dia lebih teduh daripada angin pantai, dia lebih hangat daripada sinar matahari. Semua kehangatan yang dia berikan, kalah hangatnya dengan sang surya. Dia sebagai pengganti matahari, yang selalu menyinari hari orang-orang yang dia sayangi.
Seperti bintang yang selalu menemani sang bulan setiap hari. Dia seperti lilin yang menyala, menemani seseorang disaat kegelapan menyelimuti hidup orang itu, dia bersinar terang.
Dia layaknya sampul buku, menyelimuti agar buku itu tidak tergores, agar buku itu tidak kusut. Dia orang yang hebat, mungkin Tuhan menciptakan dia saat Tuhan sedang tersenyum.
Tentang seorang lelaki gila yang terobsesi dengan adik sepupunya sendiri.
17+
°°°
content warning: smoking, alcohol, abusive language, kissing, promiscuity, dark romance, criminal acts, etc.