Dear life,

Kepada hidup,

Orang bilang bahwa dalam hidup pasti ada jatuh dan bangun. Aku tahu itu adalah fakta. Tapi kenapa aku tidak bisa menerimanya? Aku kembali terjatuh dan bangun untuk kesekian kalinya. Tak apa bila yang menjalani hanyalah diriku. Namun melihat orang yang ku cintai lelah tersakiti dan menyakiti... Aku tak sanggup.

Jika memang akan terjatuh, untuk apa terbang tinggi? Biarlah aku bertapak dan enggan mengepakkan sayap jika itu berarti rasa sakit sesaat jatuh tidak sehebat semestinya.

Aku tidak butuh lebih jika lebih berarti lebih hebat tersakiti.

Bahagia namun seperti berjalan di tepi tebing. Bahagia namun seperti diawasi oleh mata elang. Apakah aku tetap bahagia bila aku takut menerima kebahagiaan itu?

Aku takut bahagia. Karna di saat bahagia, hal-hal yang terampas akan semakin banyak. Terjatuh akan semakin sakit ketika bahagia. Karna itu, kepadamu hidup kuserahkan kembali kebahagiaan ini.

.
.
.
.
.

Utaraan perasaan dan pikiran seorang remaja kepada hidupnya