Alma dan Arka saling bersahabat. Sejak kecil, mereka selalu bermain bersama, melakukan berbagai hal nakal bersama, dihukum bersama, bahkan menangis bersama pun mereka pernah. Keterbiasaan itu membuat mereka saling menyayangi satu sama lain hingga dewasa. Alma sangat menyayangi Arka, begitu pula sebaliknya. Karena itu lah, Alma menjauhi segala hal yang berpotensi membuat mereka berpisah. Salah satunya adalah cinta. Alma dan Arka membuat perjanjian, untuk tidak saling jatuh cinta agar mereka bisa bersahabat selamanya. Arka setuju, sekalipun ketika membuat perjanjian itu, hatinya sedang patah karena nyatanya, dia telah jatuh cinta pada Alma. Tapi tak apa, karena apa pun itu, selagi Alma bahagia, Arka pasti akan melakukannya. Lalu, bukankah hidup harus tetap berjalan? Arka mengubur perasaannya, membuka hati pada gadis lain. Alma merasa senang ketika mengetahui Arka memiliki hubungan dengan seorang gadis. Sebagai sahabat, Alma mendukungnya. Hanya saja, ketika waktu Arka mulai terbagi, ketika perhatian Arka tak lagi hanya untuknya, Alma merasa kehilangan. Dan dia merasa semakin bingung ketika melakukan hal-hal konyol untuk menjauhkan Arka dari kekasihnya. Tapi hal-hal konyol itu lah yang menyadarkan Alma mengenai perasaannya. Alma jatuh cinta ternyata, pada Arka, sahabatnya, yang sayangnya... telah mencintai gadis lain.
"Dasar perjanjian sialan!"
Prisha nyaris menghabiskan dua windu hidupnya untuk mencintai seorang saja pria. Terjabak friendzone sedari remaja, Prisha tidak pernah menyangka jika patah hatinya gara-gara Paradikta menikah dapat membuatnya hampir mati konyol. Dia baru saja bebas dari jerat derpresi saat melihat Paradikta justru kembali ke dalam hidupnya dengan aroma-aroma depresi yang sangat dia kenali.
"Kamu pikir, kematian bakal bawa kamu ke mana? Ketemu Saniya? Kamu yakin udah sesuci dia? Jangan ngimpi Radi!"
"Mimpi? Ngaca! Bukannya itu kamu? Menikahi saya itu mimpi kamu kan?"
Dan, Prisha tahu jika Paradikta yang dua windu lalu dia kenal saat ini sudah tidak lagi ada.