NONA binti Fulanah merasa neraka hidupnya berubah menjadi surga ketika Fabian Samudra menjadikannya adik angkat dan membiayai sekolahnya. Dia tinggal bersama dua belas saudara angkatnya di rumah kayu berbentuk panggung di lereng gunung, replika rumah terindah nomor satu di dunia versi Febrian Bahari. Batara Tristan Subrata hanya seorang kakak yang mencarikan rumah yang nyaman untuk adiknya, Btari Trisha Subrata. Rumah yang dia temukan setelah menjadi mahasiwa bimbingan Fabian Samudra. Rumah kayu berbentuk panggung di lereng gunung, replika rumah terindah nomor satu di dunia versi Febrian Bahari. Di rumah itu mereka bertemu. Non yang mantan anak jalanan dengan semua perjuangan hidupnya dan Tristan yang anak pengusaha besar yang terbiasa hidup dengan fasilitas menak. Tristan yang kebingungan mengurus adiknya dan Non yang terbiasa mengurus adik-adik angkatnya. Semua merasa bahagia di sana. Di rumah kayu berbentuk panggung di lereng gunung, replika rumah terindah nomor satu di dunia versi Febrian Bahari. Seharusnya semua bahagia dengan jalannya masing-masing ketika keinginannya tercapai. Tapi ternyata hidup memang selalu mengundang badai dan menyisakan riak. Tristan, pergi dari rumah berarti dia meninggalkan fasilitas mewahnya. Tidak masalah untuknya tapi ternyata menjadi masalah bagi ayahnya yang tidak mau anaknya hidup di rumah bersama anak jalanan. Riak itu menjadi badai ketika musibah datang. Meninggalkan kehidupan mewah membuat Tristan harus berjuang demi harga dirinya. Dan Non lagi-lagi datang membantunya. Mereka berselancar bersama dalam riak itu. Tapi riak kembali menjadi badai. Bahkan ketika mereka terpaksa bersatu. Kenapa bisa itu menjadi badai baru lagi? Puncak badai kah? Bila badai berlalu? Bila hari esok tiba, fajar selalu datang setelah malam tergelap. *** [Jum'at, 28 Januari 2022]
127 parts