"Sudah pulang Mas?" Miranda mendekati suaminya, meraih bawaan yang Bumi pegang.
Embun melihat di hadapannya, Bumi sedang mencium wanita cantik dengan penuh kelembutan. Wanita itu belum melihat kearah Embun. Karena terhalang tubuh tinggi Bumi. Embun merasakan tubuhnya sedikit gugup dan gemetar, ia takut jika istri Bumi marah padanya seperti yang Embun lihat di tv milik tetangganya. Saat Bumi bergeser dan duduk di sofa yang sudah pasti empuk, karena Embun bisa melihatnya sofa itu begitu tebal dan pasti lembut. Wanita yang menghadap Bumi tadi memandang Embun dengan dahi berkerut. Wanita itu menatap seorang gadis yang ternyata berada di belakang Bumi. Miranda memandang Embun dengan tatapan yang tidak bisa Embun jabarkan. Karena Miranda memandang Embun dari atas hingga ke bawah, begitu seterusnya.
"Loh, kamu bawa pembantu baru buat aku, Mas?" tanya Miranda sambil menilai penampilan gadis yang terlihat kampungan. Miranda menoleh memandang suaminya yang tampak kelelahan. Bumi menatap Embun dan Miranda bergantian.
"Bukan, dia Embun. Aku sudah menikahinya! Embun, ini Miranda, istriku!" Miranda menatap terkejut, kearah gadis kampung bernama Embun, yang Bumi kenalkan padanya sebagai madunya. Ia beralih memandang suaminya dengan tatap marah.