Takdir adalah sebuah terma keramat yang tidak pernah bisa disangkal. Warnanya selalu abu-abu, samar, bahkan tidak bisa sama sekali diterawang. Garisnya tidak pernah bisa ditebak hingga mampu hasilkan prasangka-prasangka yang timbulkan rasa antipati terhadap apa yang diklaim sebagai garis ketentuan. Kinan sudah meyakini sejak bertahun-tahun lamanya bahwa 'bagiannya' selalu cacat. Tidak pernah temui kata mujur atau untung. Hingga dirinya berkesimpulan bahwa garis takdir memang begitu dengki padanya. Enggan berikan secuil suka cita pada langkahnya yang terlampau sempit di muka bumi. Mungkin memang benar, hidup tanpa andalkan apapun yang berbau harapan kepalsuan sangat perlu dilakukan. Memilih menyingkir dari garis yang menurut orang selalu indah rupanya padahal menyakitkan aslinya adalah pilihan paling bijak yang harus dia langkahi.