"Siapa kau?" dengan langkah limbung pria bernama Arza itu berjalan mendekati Mentari. Pria dengan mata cekung kehitaman di sekeliling matanya itu, tampak menunjukkan Arza tidak beristirahat dengan benar. Pria itu mengusap hidungnya yang seperti orang ingusan namun tidak terlihat ingusan. Mentari menatap Arza dengan tatapan takut. Ia hanya ingin mengantar makan siang untuk Arza. Namun pria itu sepertinya tidak butuh makan siang. Lebih tepatnya lebih butuh seorang dokter untuk menangani ketergantungannya dengan alkohol dan obat- obatan. "S-saya mau mengantarkan makanan untuk, Tuan!" Arza terkekeh di hadapan Mentari lalu mengendus- endus Mentari di hadapannya. Mentari menahan nafasnya karena bau alkohol begitu menyengat dari tubuh Arza. Serta bau badan Arza begitu tajam karena pria itu tampak tidak terurus, mungkin Arza tidak pernah mandi, atau sekedar membersihkan dirinya. Arza menyenggol nampan yang Mentari bawa hingga jatuh berantakan di lantai lalu tertawa keras. Arza menggenggam botol minuman dengan erat di tangannya dan melemparkannya ke arah kepala Mentari. Sedikit saja, kepala mentari hampir terkena botol tersebut. Botol itu membentur ke dinding hingga pecah berkeping- keping. Mentari bahkan sudah gemetar takut menatap Arza yang selalu bersikap gila padanya. Mentari meremas bajunya lalu berjongkok mengutip pecahan kaca botol yang Arza lakukan. Jika tidak butuh uang, Mentari akan kabur detik ini juga meninggalkan pria gila di hadapannya.All Rights Reserved
1 part