Ada kakak kelas baru. Setengah keturunan Jepang. Namanya Sendoh Akira. Katanya, nama itu terinspirasi dari karakter manga basket terkenal. "Dan, aku pun ternyata juga suka main basket." "Oh, iya?" Aku ingat pertama kali bisa sangat menyukai Sendoh. Selama masa kompetisi dulu, hampir setiap hari aku menitipkan soda limun untuknya. Tentu saja aku tidak seorang diri. Banyak gadis lain yang juga melakukan hal serupa. Yang lebih pintar, yang lebih cantik, yang lebih modis. Sementara aku? Rasanya tidak mungkin Sendoh mau menyempatkan diri menatap ke arahku. Aku benar-benar biasa saja. Hingga di suatu senja, aku memberanikan diri menyatakan perasaanku. Sendoh tersenyum menerimanya, dan hari itu seperti menjadi hari bersejarah. Teman-temanku bersorak-sorai. Akan tetapi, aku tidak menemukan seberkas rasa di mata Sendoh. Tak ada apapun di sana. Tatapannya datar, membuat hatiku ikut kosong. Lembaran malam berganti. Di suatu tanggal pukul tiga dini hari, Sendoh memintaku menemaninya bermain basket. "Tsuki Hime. Namamu Jepang sekali. Kamu yakin nggak punya darah keturunan Jepang juga?" tanyanya. Aku menggeleng. "Nggak. Itu hanya karena ibuku suka baca novel Jepang." "Aku suka sama kamu. Mau jadi pacarku?" Terkejut, aku menanyai Sendoh balik, "Tapi kita kan sudah pacaran?" "Kali ini aku yang minta. Tolong diterima, ya?" Sendoh melepaskan bola basketnya. Ia beralih menggenggam tanganku. Ada keletihan yang amat di sorot matanya. Kala itu, waktu seakan membeku. Ia menceritakanku tentang seribu mimpinya.All Rights Reserved
1 part