12 tahun berlalu nyatanya tak lantas membuat Aksa dengan mudah mengikhlaskan kepergian Mama. Sesekali pemuda itu menangis di tengah malam berhujan. Dulu mungkin masih ada mama yang memeluknya disaat Sambaran kilat dan petir tengah bertarung. Namun kali ini ia hanya bisa memeluk dirinya sendiri. Membiarkan tangisnya pecah beradu dengan suara gemuruh dan rintikan air yang jatuh berbondong-bondong. Lantas kapan Aksa bisa mengikhlaskan kepergian mama dan menjalani kehidupan tanpa rasa takut akan mimpi-mimpi tentang mama yang menghantuinya selama ini? Kapan rasa takut, cemas dan sesak ini akan hilang? Bagaimana Aksa akan menjalani kehidupan ini dengan damai?
3 parts