Aku masih selembut sutra sebelum mengetahui Papaku cheating dengan guru matematika yang kemudian akan kupanggil Maung peliharaan Papa. Hingga suatu hari, aku mendengar sesuatu. Terkait kehamilan Bu Marsya, si guru matematika. "Jadi, Bu Marsya benar-benar hamil?" desisku marah. "Kamu masih di sini?" Adiknya, Kak Anggi, terlihat sangat gugup. "Emang kenapa kalau saya masih di sini?" tantangku. "Saya gak boleh tahu?" Bu Marsya mundur saat melihat aku mulai marah. Anak perempuan mana yang bisa tertawa gembira mendengar kehadiran calon adik dari rahim orang lain? Apa yang harus aku lakukan sekarang? Rasanya berat menerima kenyataan keluargaku hancur berantakan, tapi apakah aku salah jika bermimpi semua masih bisa diperbaiki? Sekalipun telah retak di berbagai sisi? Apakah sebagai anak, aku memiliki kemampuan untuk memaafkan dan merekatkan kembali pecahan beling itu? Batinku terus bertanya, dan tak kunjung menemukan jawabannya. Rank : 5 #truestory - 20 Nov 2023 Start : 24 Juli