Kehidupan pernikahan dan setelahnya adalah hal yang paling dibenci Audinne. Ia tidak pernah bermimpi untuk bisa merasakannya--bahkan, untuk memikirkannya pun tidak pernah terlintas pun satu kali. Andai saja hidupnya bisa seindah namanya. Audinne pasti tidak akan merutuki apa yang terjadi di hidupnya saat ini. Dilihat dari luar, sih, hidupnya baik. Masih jauh dari kata sempurna, tapi cukup baik untuk lingkungan sekitarnya. Seperti orang-orang di luar sana, Audinne tak memiliki banyak teman dekat. Bahkan, boleh dibilang hanya satu orang yang selalu ada bersamanya--jatuh bangun hidup menyebalkannya, hingga hancur berkeping, dengan ditemani oleh Rajendra. Bagi Rajendra, Audinne segalanya untuk hidupnya. Ia akan melakukan apapun untuk Audinne, tanpa dan sesuai yang Audinne pinta. Tapi untuk satu hal ini, kelewatan. Rajendra tak seharusnya mempertaruhkan hidupnya pada Audinne, ini jauh dari kata balas budi. Bagi Audinne, ini adalah kutukan. Kalau saja masalah ini jauh dari kata pernikahan dan mengurus nyawa anak Adam. Rajendra tak perlu turun tangan membereskannya. Keduanya menyatu dalam masalah yang runyam. Tak seindah namanya, tak seindah apa yang mereka bayangkan. Audinne mengutuk takdirnya yang menjijikan.