Story cover for PASUTRI NEWBIE by JO-GELO
PASUTRI NEWBIE
  • WpView
    Reads 39
  • WpVote
    Votes 0
  • WpPart
    Parts 7
  • WpView
    Reads 39
  • WpVote
    Votes 0
  • WpPart
    Parts 7
Ongoing, First published Mar 03, 2022
Mereka adalah pasangan suami istri yang belum genap dua bulan. Usia pernikahan yang bisa dibilang masih seumur toge. Dan itu adalah sebuah pencapaian luar biasa karena toge saja tak ada yang hidup lama apalagi hingga dua bulan.
	Ajeng dan Baskara. Sebuah pertemuan singkat di ajang pencarian bakat, eh maaf salah, ajang pencarian jodoh maksudnya, membuat mereka berdua akhirnya memutuskan untuk mengenal lebih dalam satu sama lain melalui sebuah ikatan resmi yang lebih mumpuni dalam sebuah janji suci yaitu sebuah pernikahan.
	Kisah cinta mereka tak diawali dengan dada berdebar, napsu makan tiba-tiba hilang atau mendadak imsonia dan rasa rindu mendalam hingga pikiran jadi linglung karena hanya sosoknya yang tampak di kelopak mata. Tidak. Tak seperti itu.
	Masing-masing memiliki misi yang berbeda agar mereka bisa hidup bersama. Dan apa yang terjadi selanjutnya jika komitmen lebih penting daripada cinta? 
	Yuk mari, pasang musiknya dan ikuti kisah mereka berdua dalam PASUTRI NEWBIE.
All Rights Reserved
Sign up to add PASUTRI NEWBIE to your library and receive updates
or
#78pasutri
Content Guidelines
You may also like
Don't call it love! by ArmayaA
29 parts Complete
Semesta rasanya tidak berpihak pada Cyntia. Tidak hanya perusahaannya yang sedang berada dibawah roda kehidupan, tetapi neneknya sakit dan terus memaksanya menikah. Orang yang ia cintai dan mencintainya pun hilang tak ada kabar. Tak ada pertolongan rasanya. Pada akhirnya pilihan terburuk muncul. Ah, mungkin tak bisa disebut pilihan. Ia harus melakukan itu dengan terpaksa. Pria yang melukiskan kehidupan kelamnya pun muncul. Konyol rasanya saat pria itu mengajaknya menikah. *** Aku tak tahu apa itu cinta. Bahkan, saat ini bagiku itu satu kata yang abstrak luar biasa. Baginya rasa yang terasa itu cinta, tetapi mengapa rasanya merusak jiwa raga. Bagiku itu bukan cinta, melainkan suatu rasa yang amat hampa. Akhirnya satu kata menjadi beda makna. "Bukankah kau sangat membenciku?" Tanyaku. Ia diam, tanpa menatap mataku. Secara tak sadar aku tersenyum sinis padanya dan aku berusaha menahan rasa kesalku. "Apakah melemparkan susu basi ke wajahku adalah bentuk rasa suka?" Aku mengungkit masa lalu. Matanya pun mulai menatap mataku. Aku takut dengan wajah itu. Di bawah meja tersembunyi tangan gemetarku. Mataku berpura-pura tegar saat bertemu matanya itu. Aku berusaha bicara meski lidahku terasa kelu. Aku berusaha berdiri tegak meski kakiku tak berdaya. Waktunya pergi dari hadapannya. Aku akan katakan terakhir kalinya. "Jangan sebut itu cinta!" "Aku melamarmu bukan karena cinta. Bukankah, seharusnya kau yang memohon padaku agar kita bisa memanfaatkan satu sama lain?"
You may also like
Slide 1 of 10
Don't call it love! cover
tempat kita pulang  cover
Teman Hidup.  cover
Mr. Right For Now cover
Sunshine / TAMAT cover
Di Tepi Bayangan cover
The Honeymoon Is Over [FIN] cover
Thirty Five (Completed) cover
Hold You in My Heart cover
Rasa Tanpa Suara cover

Don't call it love!

29 parts Complete

Semesta rasanya tidak berpihak pada Cyntia. Tidak hanya perusahaannya yang sedang berada dibawah roda kehidupan, tetapi neneknya sakit dan terus memaksanya menikah. Orang yang ia cintai dan mencintainya pun hilang tak ada kabar. Tak ada pertolongan rasanya. Pada akhirnya pilihan terburuk muncul. Ah, mungkin tak bisa disebut pilihan. Ia harus melakukan itu dengan terpaksa. Pria yang melukiskan kehidupan kelamnya pun muncul. Konyol rasanya saat pria itu mengajaknya menikah. *** Aku tak tahu apa itu cinta. Bahkan, saat ini bagiku itu satu kata yang abstrak luar biasa. Baginya rasa yang terasa itu cinta, tetapi mengapa rasanya merusak jiwa raga. Bagiku itu bukan cinta, melainkan suatu rasa yang amat hampa. Akhirnya satu kata menjadi beda makna. "Bukankah kau sangat membenciku?" Tanyaku. Ia diam, tanpa menatap mataku. Secara tak sadar aku tersenyum sinis padanya dan aku berusaha menahan rasa kesalku. "Apakah melemparkan susu basi ke wajahku adalah bentuk rasa suka?" Aku mengungkit masa lalu. Matanya pun mulai menatap mataku. Aku takut dengan wajah itu. Di bawah meja tersembunyi tangan gemetarku. Mataku berpura-pura tegar saat bertemu matanya itu. Aku berusaha bicara meski lidahku terasa kelu. Aku berusaha berdiri tegak meski kakiku tak berdaya. Waktunya pergi dari hadapannya. Aku akan katakan terakhir kalinya. "Jangan sebut itu cinta!" "Aku melamarmu bukan karena cinta. Bukankah, seharusnya kau yang memohon padaku agar kita bisa memanfaatkan satu sama lain?"