Ketika kota Jakarta menjadi neraka bagi Maura, Malang akhirnya menjadi pilihannya untuk melarikan diri. Dengan segala yang ada di kota itu, Maura untuk pertama kalinya merasa bebas, bahagia dan pada akhirnya menemukan cinta yang tak pernah ia duga.
Bagi Adit, melukis adalah hidup. Bahkan ketika gadis yang ia cinta harus memilih pria lain, Adit hanya bisa menorehkan lukanya di atas kanvas. Hingga akhirnya Adit menemukan hal yang jauh lebih penting dari lukisannya, Maura.
Sayangnya, detik waktunya tak banyak lagi.
Dengan segala cinta yang ia miliki, Adit menitipkan cintanya pada kanvas, berharap itu akan membuat cintanya abadi, meski tidak dengan raganya
Prisha nyaris menghabiskan dua windu hidupnya untuk mencintai seorang saja pria. Terjabak friendzone sedari remaja, Prisha tidak pernah menyangka jika patah hatinya gara-gara Paradikta menikah dapat membuatnya hampir mati konyol. Dia baru saja bebas dari jerat derpresi saat melihat Paradikta justru kembali ke dalam hidupnya dengan aroma-aroma depresi yang sangat dia kenali.
"Kamu pikir, kematian bakal bawa kamu ke mana? Ketemu Saniya? Kamu yakin udah sesuci dia? Jangan ngimpi Radi!"
"Mimpi? Ngaca! Bukannya itu kamu? Menikahi saya itu mimpi kamu kan?"
Dan, Prisha tahu jika Paradikta yang dua windu lalu dia kenal saat ini sudah tidak lagi ada.