Perihal masa depan yang manusia sebut, "Takdir Semesta."
Sosok bajingan kecil itu kini telah menemukan naungannya. Meraup secuil asa, mengais secercah tawa, lalu dihentak, dan nyaris ditiadakan. Tubuh kekarnya sering ditatap nyalang, namun kelereng legam serta kurva di wajahnya mampu meruntuhkan segala pandawa.
Mimpinya tak banyak, pun tak rumit. Ia hanya ingin semua kembali pada porsinya. Hardizha---Laki-laki hitam manis dengan candaan dan tingkah jahilnya, Jidhan---Pria muda bertubuh semampai dengan senyuman lugu dan perilaku polosnya, serta Jagatya dan Arundia---sepasang paruh baya yang bercinta, dengan dimensi dua dunia.
Bahkan, si mungil berhidung bangir, si tampan bergigi kelinci, dan si riang serta antek-antek bermuka duanya turut mengunjungi jalan 'pulang' sosoknya. Maka, dengarlah ujaran sang penyelam kisahnya;
"Kebahagiaan itu nggak ada yang benar-benar nyata. Semuanya bersifat fana dan sementara. Tawanya hanya pura-pura. Sebab segala penghuni semesta, hanya pandai bersandiwara."
•Bahasa Non-baku.
•Brothership Au [Jeno, Jisung, dan Haechan]
•Real from my imagination!
Enjoy Man!