Luna, gadis dengan seribu teman di sekelilingnya. Bukan karena dirinya cantik atau bergelimang harta, namun orang-orang yang mengaku sebagai temannya hanya memanfaatkan otaknya yang kurang lebih mirip otak Albert Einstein. Itu bukan masalah besar baginya, dia tidak marah karena dimanfaatkan, prinsipnya 'jika ia dimanfaatkan, maka ia adalah orang yang bermanfaat' ya, sepositif itu pemikiran Luna. Yang menjadi masalah besar adalah keuangannya! Luna butuh uang! Menjadi pelajar dan pegawai paruh waktu tidak bisa mencukupi kebutuhan sehari-harinya. Salahkan orang tuanya yang lebih memilih untuk pulang lebih dulu menghadap Sang Pencipta daripada mengurusi putrinya. Sungguh Luna yang malang. Dan karena sebuah masalah di sekolahnya, membuat Luna tertekan. Akhirnya Luna memutuskan untuk bolos di jam pelajaran terakhir, dan berdiam di perpustakaan sembari membaca novel untuk menghilangkan bosannya. Novel dengan alur klasik itu membuat Luna lupa akan masalahnya. Cerita klasik dengan ending yang klasik, namun bukan itu yang menjadi fokus Luna saat membaca novel tersebut, melainkan tokoh antagonis yang diceritakan sebagai anak bungsu dari pengusaha ternama di Indonesia. Luna membayangkan enaknya hidup menjadi tokoh antagonis dalam novel tersebut, hidupnya pasti mudah dengan uang yang melimpah, ya walaupun kisah cintanya tak semulus porselen, tapi itu bukan masalah besar menurut Luna. Khayalannya terhenti saat kesadarannya direnggut alam bawah sadarnya. Luna tertidur. Merasa cukup lama dengan tidurnya, Luna akhirnya membuka mata. Namun bukan perpustakaan sepi yang ia lihat, melainkan ruangan yang ia yakini sebagai kamar tidur dengan dekorasi mewah yang pasti bukan kamarnya, lalu tubuh dengan wajah cantik yang ia lihat di cermin juga sudah ia yakini bukan dirinya. Ada apa ini? Kenapa jadi begini?!! DILARANG KERAS PLAGIAT (DALAM BENTUK APAPUN) TANPA SEIZIN SAYA!! CERITA MURNI HASIL PEMIKIRAN SAYA SENDIRI!All Rights Reserved
1 part