Fortlafen

"Seperti yang kamu katakan, banyak laki-laki diluar sana ingin memikat hatiku. Tapi Raden.. tidak bisakah kamu mengerti? Bahwa kamu adalah satu-satunya bukan salah satu dari laki-laki itu." ucap perempuan itu dengan mata berkaca-kaca. Badannya bergetar, ketakutan dan kesedihan menyerbu jiwanya.

Perempuan itu menundukkan kepalanya, menyembunyikan kelopak matanya yang basah sambil mengulum bibirnya, menahan suara tangisannya agar tidak pecah. Laki-laki didepannya mengambil satu langkah kedepan, mendekati perempuan itu. Dengan lembut, ia meraih telapak tangan perempuan didepannya dan mengecup punggung tangannya.

"Nona, setiap tetes air mata yang anda keluarkan, itu menyakiti hati saya. Sama seperti rencana Tuhan untuk kita, saya tidak bisa berjanji untuk kembali dengan selamat. Namun ada satu hal yang harus Nona tau." laki-laki itu menggantung kalimatnya. Ia meletakkan sebuah kertas yang terlipat sangat kecil di telapak tangan perempuan itu.

Laki-laki itu menangkup kedua pipi perempuan didepannya dan tersenyum, seolah dunia baik-baik saja. "Dir sidd meng Séil." dan itulah kalimat terakhir yang diucapkan laki-laki itu.