"Aku selalu iri Aloka, kamu selalu bebas." Menatap sendu, lalu kembali menatap tanah. Entah kenapa aksa merasa ia seperti duyung yang terobsesi dengan kaki. "Kamu iri dengan kebebasanku dan aku iri dengan keluargamu." Aloka kembali mendorong kursi roda kembaranya. Dua jiwa, dua pikiran namun mereka merasakan hal yang sama rasa sesak di dada serta iri dan amarah yang mengoroti hati. Takdir memang selalu bercanda, kali ini ia berulah. Bermain-main dengan mereka yang sudah putus asa. 17+