"dia adalah separuh lainnya, tetapi terserah padanya untuk memutuskan apakah dia akan menjadi sisi yang lebih baik atau lebih buruk darinya."
gadis itu memandangnya berdansa setiap malam, dalam diam. Satu yang ia tak tahu adalah, laki-laki itu menyadarinya.
----
"Dia teman kecilku. Seseorang yang sangat kusayangi." Ucap June
Keheningan, lagi.
"Kau tahu", Jimin memulai, "Kebetulan aku juga punya teman seperti itu. Seseorang yang sangat kusayangi."
Sebuah jeda.
"Bunga ini untuknya."
Untuk dia?
"Aku menjenguknya di rumah sakit. Kupikir aku harus membawakannya bunga meskipun aku tahu dia membencinya." Dia tertawa, tetapi tawa itu tampak kosong, tidak banyak kebahagiaan yang bersembunyi di baliknya. "Tapi kurasa dia benar. Bunga itu awalnya cantik, tetapi ketika mereka mulai layu, mereka hanya akan menyisakan kenangan tentang betapa indahnya mereka dulu."
Jimin terus berbicara, June sudah mulai menampar dirinya sendiri dalam pikirannya karena terlalu dangkal tentang segala hal. Mengapa dia begitu peduli tentang hubungannya dengan Boyoung?
"June", Jimin menoleh, mata cokelat gelapnya menatapnya. "Foto yang telah kita bicarakan sebelumnya, diambil pada tahun 2015."
----
sebuah cerita tentang self-love dan self-destruction
Cello, seorang yatim piatu yang hidup susah, mengalami kecelakaan dan terbangun dalam dunia novel yang pernah ia baca. Ia menjadi anak bungsu keluarga berpengaruh, tetapi dibenci dan dikucilkan karena dianggap bukan darah daging mereka. Keluarga Fernando justru memanjakan anak lain yang mereka yakini sebagai darah daging mereka.
Namun, kebenaran terungkap anak yang mereka banggakan ternyata hasil penukaran bayi oleh musuh mereka, sementara Cello adalah anak kandung yang sebenarnya. Penyesalan menghantui keluarga Fernando, tetapi kini Cello harus memilih menerima mereka kembali atau menjalani hidupnya sendiri.