"̶A̶n̶d̶a̶i̶ ̶s̶a̶j̶a̶ ̶T̶u̶h̶a̶n̶ ̶t̶a̶k̶ ̶m̶e̶n̶c̶i̶p̶t̶a̶k̶a̶n̶ ̶h̶a̶t̶i̶,̶ ̶k̶u̶r̶a̶s̶a̶ ̶k̶i̶s̶a̶h̶ ̶k̶i̶t̶a̶ ̶t̶a̶k̶ ̶a̶k̶a̶n̶ ̶j̶a̶d̶i̶ ̶s̶e̶r̶u̶m̶i̶t̶ ̶i̶n̶i̶,̶"̶ ̶-̶A̶r̶a̶b̶e̶l̶l̶a̶.̶ Ara menelan ludahnya susah payah saat cowok itu mengatakan dengan mata yang tak lepas dari dirinya. Detak jantung yang tadinya berangsur normal kini kembali dipacu gila-gilaan, oksigen di sekitar Ara seketika musnah, dan waktu seakan berhenti. Jika boleh, Ara ingin meminta dikirimkan segera mesin canggih yang bisa memprediksi berapa jumlah kupu-kupu yang beterbangan di perutnya, siapa pelaku usil yang sudah membuat pipinya merah merona, juga sengatan apa yang menjalar di tubuhnya yang berhasil membuat bibirnya melengkung sempurna. Kalau tahu jadinya seperti ini, Ara seharusnya tidak usah bertanya saja. Hanya enam kata, pertahanan Ara kini runtuh hanya karena enam kata. 𝘛𝘶𝘩𝘢𝘯, 𝘈𝘳𝘢 𝘣𝘢𝘱𝘦𝘳.
1 part