"Kerja yang benar, jangan judi mulu, Pak!" ucap ibuku saat tidak sengaja dua sepatu putihku melintasi ruang kamarnya.
Seharusnya perkataan itu tidak begitu menusuk indera pendengaran. Jika saja dinding dengan bahan batu bata, berdiri menghangatkan isi keluarga.
Ah, andai saja dapat kusulap menjadi istana megah. Mungkin, suara pertengkaran ini tidak akan pernah sampai pada burung-burung di luaran rumah. Sungguh memalukan bagiku, jika terus saja seperti ini.
Sekeras apapun aku mencoba, hanya berandai-andailah yang dapat menenangkan pikiranku. Goresan tinta seakan selalu setia, untuk menunggu waktu mewujudkan kisah-kisah fiksi yang selalu berdebat dalam kalbu.
Kembali ke masa lalu melalui novel yang di baca karena mengisi waktu luang? Terdengar fiksi memang namun itu nyata dan di alami oleh pemeran utama kita