Story cover for Hey, Davy! | A Rock 'n' Roll Dream | RachelLovesToTell by RachelLovesToTell
Hey, Davy! | A Rock 'n' Roll Dream | RachelLovesToTell
  • WpView
    Reads 14
  • WpVote
    Votes 0
  • WpPart
    Parts 5
  • WpView
    Reads 14
  • WpVote
    Votes 0
  • WpPart
    Parts 5
Ongoing, First published Mar 31, 2022
Semuanya berawal di Stenton Harper's College, Brixton pada 1960. Saat Davy Edward Harrington dan Margaret Ann Robinson dipertemukan sebagai teman satu sekolah, latar belakang dan kemampuan artistik mereka lah yang akhirnya terus membuat mereka bersama, dan juga memulai persahabatan mereka. Disamping hubungan profesional mereka tersimpan cerita manis dari masa sekolah, seperti seorang asing yang bertemu kaumnya di tanah orang, Davy dan Margaret tidak bisa dipisahkan. Mereka terus bersama dan berkembang dalam menuangkan karya-karya musikal dengan sentuhan teatrikal, yang membuat musik-musik Davy dinobatkan sebagai musik berpengaruh pada masanya. pada tahun 1970an, masa dimana kesetaraan dan masalah lingkungan banyak disuarakan dimana-mana. Turut berkonstribusi dan memanfaatkan popularitasnya supaya topik-topik sensitif ini segera ditanggapi, dan juga berperan didalamnya, membuat Davy tak luput dari kritikan tentang bagaimana caranya berdandan dan berpakaian, hingga di cap sebagai seorang pemberontak norma dan aturan. Pada saat terasing itulah, Davy selalu memiliki Margaret yang setia berdiri di sisinya, melewati naik turun dan manis pahit persaingan dunia hiburan dan kehidupan. Mari simak dan ikuti perjalanan mereka melawan dunia dan bagaimana sang "Maggie Ann" menginspirasi karya-karya jenius seorang Davy Harrington si maestro muda yang begitu dikenang, sebagai simbol revolusi terhadap perkembangan pola pikir dari masa ke masa. Sebuah kisah cinta, sahabat jiwa, dulu sekarang dan selamanya.

Cover dibuat oleh @rachellovestotell
All Rights Reserved
Sign up to add Hey, Davy! | A Rock 'n' Roll Dream | RachelLovesToTell to your library and receive updates
or
#541music
Content Guidelines
You may also like
Red Horizon by stawbyys
44 parts Complete
Mereka tidak pernah benar-benar bertemu. Hingga takdir mempertemukan mereka di bawah logo kuda jingkrak, di mana garis antara kemenangan dan kehancuran begitu tipis-mereka mulai melihat satu sama lain dengan cara yang berbeda. Dibayangi oleh masa lalu, di tengah sorotan media, tekanan tim, dan lintasan yang menuntut lebih dari sekadar kecepatan, keduanya terjebak dalam permainan yang lebih berbahaya dari balapan mana pun-sebuah permainan antara kehilangan, ambisi, dan perasaan yang tak seharusnya ada. [Spoiler] "I made a playlist," ucapnya singkat, suaranya nyaris berbisik. "Thought you might like this one." Evie ragu sejenak, tapi jari-jarinya mengambil earphone itu dengan hati-hati. Satu sisi ia pasangkan di telinganya, sisi lain sudah tersemat di telinga Theo. Kabel putih itu jadi satu-satunya benang yang menghubungkan mereka sekarang. Nada awal dari lagu pertama mulai terdengar. Lembut, namun menghantam. Gitar pertama berdenting seperti udara malam yang masuk lewat jendela, menggores pelan ke tulang. Drum-nya pelan, tapi mantap-seperti detak jantung yang tak bisa dipadamkan. Evie tak siap. Dadanya mencelos saat suara itu masuk. Every breath you take... Ia mengedip cepat, menahan sesuatu di balik tenggorokannya. Matanya tetap tertuju ke jendela, tapi ia tak lagi melihat apa pun di luar sana. Yang ada hanyalah suara, dan Theo di sampingnya-begitu dekat, panas tubuhnya terasa sampai ke tulang rusuk Evie. Seketika, ia sadar betapa ia merindukan kedekatan ini. Rindu akan diamnya Theo. Rindu aroma musk lembut yang entah kenapa selalu membuat jantungnya berdegup lebih cepat. Theo memejamkan mata, kepalanya sedikit menunduk. Ia tak bicara. Tak bergerak. Tapi keberadaannya... menciptakan kehadiran yang tak bisa diabaikan. Every move you make Every step you take I'll be watching you... Evie menggigit bibir bawahnya. Ia tak tahu apakah ini permintaan maaf atau sekadar bentuk penghiburan. Tapi yang jelas, ia tak sanggup menolaknya.
The Labyrinth Of Unbreakable Vow  by vx_mraksha
13 parts Ongoing
Katherine Dalton yang temperamental bertemu dengan Draco Malfoy yang angkuh. Tak pernah ada kata damai di antara mereka. Dua siswa Slytherin ini tampaknya tak sanggup menahan bara emosi yang terus membakar. Draco, dengan segala arogansinya, kerap melontarkan provokasi, sementara Katherine-layaknya kobaran api yang tak pernah padam-selalu membalas dengan ledakan amarah yang menggelegar. Namun, di tahun keenam mereka di Hogwarts, halaman depan Daily Prophet meledak dengan berita panas yang menggelegar-seperti suara Rita Skeeter berteriak di telingamu tanpa jeda. Si pirang menyebalkan itu kembali memuaskan dahaganya akan sensasi, kali ini dengan tajuk utama yang nyaris membuat seluruh dunia sihir membeku: "PENYATUAN DUA KELUARGA DARAH MURNI: IKATAN BARU DRACO MALFOY DAN KATHERINE DALTON." Tajuk itu cukup untuk membuat Katherine mendesis tajam penuh amarah. "Demi janggut Merlin, akan kutinju wajah panjangnya!" geram nya, membanting Daily Prophet ke meja dengan kekuatan penuh tepat di hadapan Ron Weasley-yang hanya bisa terbatuk gugup dan mundur beberapa inci. Dengan napas memburu, Katherine bergegas menuju pintu Aula Besar, menendangnya hingga terbuka lebar, menciptakan keheningan yang mendadak dan mencekam. Semua mata menoleh-tentu saja mereka tahu kabar apa yang tengah menggemparkan Hogwarts pagi itu. Namun Malfoy muda duduk tenang, seolah seluruh dunia di sekelilingnya tak berarti apa-apa. Ekspresinya hampa. Hampa seperti tubuh tanpa jiwa. Theodore Nott melirik tajam, mencoba membaca wajah Malfoy. Ia ingin tahu-apakah Draco benar-benar telah mendengar kabar ini? "Katie mungkin benar-benar akan menghancurkan wajah Rita Skeeter," gumam Zabini dengan nada geli, menyeringai tipis. Parkinson di sisinya hanya mengangguk pelan, sependapat. Sebuah perang bisa saja pecah-tak ada yang tahu pasti. Tapi satu hal yang jelas: Katherine Dalton tidak akan diam saja membiarkan perjodohan ini terjadi begitu saja. ⚠️ Draco Malfoy fanfiction
JEVIN AERA by dvinaz
22 parts Ongoing
Salah satu impian terbesar Jevin untuk memenuhi masa mudanya adalah kuliah di kampus terbaik dunia. Saat semua orang mendukungnya, justru sang pacar melarangnya keras. Kala hubungan mereka meregang, rupanya pacar Jevin memiliki pelarian untuk memperbaiki suasana hati, yaitu Raksa, sahabat Jevin sendiri. Di sisi lain, Aera rela mengubur dalam-dalam mimpinya menjadi seniman untuk menyabet nilai dan prestasi akademis yang bagus. Semua itu Aera lakukan demi menjaga martabat Papanya di depan keluarga besar mereka yang memang sudah kaya dari lama. Ditambah, Aera ingin menunjukkan bahwa ia bisa lebih baik dibanding sepupu yang sudah menciptakan trauma sendiri dalam dirinya. Satu alasan terselubung Aera belajar dengan keras yang tidak pernah dia ceritakan ke siapapun yaitu, Aera ingin tetap di sekitar Jevin tanpa cowok itu sadari. Aera yang suka Jevin semenjak SMP itu gencar untuk belajar demi bisa masuk kelas unggulan yang ada Jevin di dalamnya. Tanpa disangka, masalah yang Jevin hadapi ternyata berkesinambungan dengan Aera. Yang awalnya Jevin hanya menganggap Aera sebagai teman masa kecil dan tak lebih dari rival akademis, perlahan pandangan itu berubah. ••• "Kadang gue bingung, padahal kita udah lama gak deket kayak waktu kecil. Tapi rasanya, semua masalah gue kunci keluarnya ada di tangan lo." "Bukan kunci keluar, tapi emang masalah kita berporos di satu titik yang sama." ••• - Slow-burn, Childhood Crush, Friends to Lover - written by : dvinaz cover by : dvinaz don't forget to vote & comment! Happy Reading!
Geo&Gia [END] by AsmaRenjana45
63 parts Complete
Ada yang bilang masa SMA adalah masa yang indah dan tidak terlupakan. Masa di mana kita punya banyak cerita, salah satunya tentang kisah cinta. Ada yang suka sukaan dengan teman sekelas, ada yang terpikat dengan pesona kakak tingkat, naksir sama ketos atau anak basket dan masih banyak lagi. Namun sayangnya hal-hal tadi tak pernah dirasakan oleh Giorgia Rosalyn hingga di tahun terakir masa SMAnya. Memiliki paras cantik tentu membuatnya jadi incaran banyak laki-laki. Namun belum ada yang berhasil mencuri hatinya. Setidaknya sampai pada suatu waktu di mana ia dipertemukan secara tak sengaja dengan seorang Geovano Allen Manuel. Teman satu sekolahnya yang sering ia dengar namanya namun belum pernah ia lihat wajahnya. Laki-laki itulah yang berhasil memikat hatinya untuk pertama kali. ***** "Lo nggak papa?" Suara itu membuat Gia mendengus tak suka. Nggak papa katanya? Jelas-jelas baru saja bola basket mengenai kepalanya. Catat ya! Bola basket bukan bola plastik yang ada di wahana bermain anak-anak. "Nggak papa gigi lo rontok? Bisa-- masyaallah jodoh gue" Gia yang tadinya akan mengomeli pelaku yang membuat kepalanya kliyengan ini mengurungkan niatnya begitu melihat sosok laki-laki tampan tinggi putih hidung mancung berdiri di depannya. "Sorry" ucapnya singkat jelas dan membuat Gia terpikat. Mulut Gia terdiam namun tidak dengan dalam hatinya. "Nggak bisa nih! Harus gue sikat pokoknya.... Maaf Kim Mingyu aku mau yang nyata didepan mata dulu, bismillah nawaitu get you" batin Gia berseru. *** Cover by pinterest
You may also like
Slide 1 of 10
Red Horizon cover
First Love First Hurt (ON GOING) cover
Love Your Rockstar, Seokton cover
RUANG RINDU cover
Retaliation cover
The Labyrinth Of Unbreakable Vow  cover
JEVIN AERA cover
Jauvan's Journey  - Han Jisung cover
The Gorgeous Devil cover
Geo&Gia [END] cover

Red Horizon

44 parts Complete

Mereka tidak pernah benar-benar bertemu. Hingga takdir mempertemukan mereka di bawah logo kuda jingkrak, di mana garis antara kemenangan dan kehancuran begitu tipis-mereka mulai melihat satu sama lain dengan cara yang berbeda. Dibayangi oleh masa lalu, di tengah sorotan media, tekanan tim, dan lintasan yang menuntut lebih dari sekadar kecepatan, keduanya terjebak dalam permainan yang lebih berbahaya dari balapan mana pun-sebuah permainan antara kehilangan, ambisi, dan perasaan yang tak seharusnya ada. [Spoiler] "I made a playlist," ucapnya singkat, suaranya nyaris berbisik. "Thought you might like this one." Evie ragu sejenak, tapi jari-jarinya mengambil earphone itu dengan hati-hati. Satu sisi ia pasangkan di telinganya, sisi lain sudah tersemat di telinga Theo. Kabel putih itu jadi satu-satunya benang yang menghubungkan mereka sekarang. Nada awal dari lagu pertama mulai terdengar. Lembut, namun menghantam. Gitar pertama berdenting seperti udara malam yang masuk lewat jendela, menggores pelan ke tulang. Drum-nya pelan, tapi mantap-seperti detak jantung yang tak bisa dipadamkan. Evie tak siap. Dadanya mencelos saat suara itu masuk. Every breath you take... Ia mengedip cepat, menahan sesuatu di balik tenggorokannya. Matanya tetap tertuju ke jendela, tapi ia tak lagi melihat apa pun di luar sana. Yang ada hanyalah suara, dan Theo di sampingnya-begitu dekat, panas tubuhnya terasa sampai ke tulang rusuk Evie. Seketika, ia sadar betapa ia merindukan kedekatan ini. Rindu akan diamnya Theo. Rindu aroma musk lembut yang entah kenapa selalu membuat jantungnya berdegup lebih cepat. Theo memejamkan mata, kepalanya sedikit menunduk. Ia tak bicara. Tak bergerak. Tapi keberadaannya... menciptakan kehadiran yang tak bisa diabaikan. Every move you make Every step you take I'll be watching you... Evie menggigit bibir bawahnya. Ia tak tahu apakah ini permintaan maaf atau sekadar bentuk penghiburan. Tapi yang jelas, ia tak sanggup menolaknya.