Serendipity (end)
  • Membaca 2,906
  • Suara 364
  • Bagian 15
  • Membaca 2,906
  • Suara 364
  • Bagian 15
Sedang dalam proses, Awal publikasi Apr 05, 2022
[NARUSAKU]
"Jangan ragu untuk menyelam lebih dalam. Karena jika tenggelam, sakitnya akan lebih menghujam."


...


"Mau aku yaa?"

"Hmm, mau aku itu,"

"Menikah sama kamu, Ra."

"Ini kamu lagi ngelamar aku, kan?"

"Kalo iya, jelas. Aku juga mau."

Lantas keduanya tertawa menikmati sejuknya angin pantai dikala senja datang untuk mampir. Melupakan sejenak masalah dan rasa sakit yang keduanya dapati. 

Singkatnya, ini hanya tentang si pembenci takdir. Dan, tolakan semesta, untuk bahagia.
















(Beberapa Nama diambil dari anime 'Naruto' )

Cover by : Pinterest
Seluruh Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
Daftar untuk menambahkan Serendipity (end) ke perpustakaan Anda dan menerima pembaruan
or
#43elegi
Panduan Muatan
anda mungkin juga menyukai
anda mungkin juga menyukai
Slide 1 of 10
FORBIDDEN BONDS cover
MENJADI BABY SITTER  cover
SAHMURA✔ cover
Rafa [End💗] cover
Stars Behind the Darkness 2 cover
Kehidupan Kedua Cello cover
Mencintai Suami Bu Dosen (Taekook - GS) (On Going)  cover
Arlio Pradipta Alexander [REVISI] cover
Kesayangan Bunda cover
GO BACK TO YOU || Markhyuck cover

FORBIDDEN BONDS

39 Bagian Sedang dalam proses

Menikah dengan ayahnya sendiri? Jika ada keluarga yang paling gila, itu adalah keluarga Anathama, keluarga dengan peraturan dan tradisi tak masuk akal, harus menikah dengan yang sedarah, yang sayangnya dianggap normal bagi Anathama. Cinta bukan pilihan, tapi takdir yang harus diterima. Dalam tradisi kelam ini, seorang cucu harus memilih antara melawan takdir atau terjerat dalam permainan keluarga yang mematikan. Selayaknya permainan dadu, setiap putaran yang acak seakan memiliki pilihan yang sama, yang tanpa sadar merenggut kebebasan Samantha, yang dipaksa menikah dengan ayah kandungnya. Anathama tak pernah sudi jika darahnya ditoreh darah dari keluarga lain, sekalipun keluarga itu bangsawan kelas atas. Apakah Anathama bisa dihancurkan? Apakah tradisi gila yang turun temurun itu bisa dilengserkan?