Ben memutuskan resign dari tempatnya bekerja. Iming-iming kenaikan gaji pun tak begitu ia hiraukan.
"Ini bukan persoalan uang, tapi ... " ucap Ben.
"Tapi apa?" potong Winda salah satu temannya.
"Aku sudah mulai tidak menikmati apa yang aku kerjakan."
Beruntung Ben tak mempunyai cicilan-cicilan dan hutang. Ia pun mempunyai tabungan yang lebih dari cukup untuk beberapa tahun kedepan. Terlebih ia juga baru saja menjual mobil mewahnya. Keputusan resignnya membawa ia menjumpai hal-hal yang tak pernah ia temui, termasuk saat ia bekerja sebagai penjaga makam.
Pertemuannya dengan Madi, seorang laki-laki bergelar Ph.D yang lebih dulu bekerja sebagai penjaga makam. Ben pun bertanya-tanya, bagaimana bisa seorang seperti Madi bisa terdampar sebagai penjaga makam? Kalau ia mau, mungkin ia bisa mendapatkan pekerjaan yang lebih mendatangkan keuntungan ekonomi.
Belum lagi pertemuannya dengan Rawi untuk yang kedua kalinya. Seorang sarjana yang baru saja kembali kehilangan pekerjaannya karena salah menyusun jurnal pembukuan perusahaan tempatnya bekerja. Sebagai seorang lulusan akuntansi, tentu saja itu sebagai sebuah kesalahan yang tidak bisa ditolerir.
Perjumpaannya dengan Seno, laki - laki yang hoby camping di area pemakaman saat malam hari yang juga gemar menanam tanaman hidroponik. Membuat rutinitas sebagai penjaga makam lebih berwarna.
Lalu, hal-hal apa saja yang dialami oleh Ben selama bekerja sebagai penjaga makam? Adakah hal-hal mistis yang ditemui oleh Ben?
Pemuda kampung, jatuh cinta pada seorang gadis kota, yang ternyata bukanlah gadis biasa.
Ia tak pernah diizinkan mendekat, meski sejengkal lebih maju. Oleh siapa?
Mereka bilang Inyiak, yang sejak awal kemunculannya telah memberikan tanda di tubuh pemuda kampung itu.
Ada apa dengan ini semua?
Simak kisah seru dan mendebarkannya di sini. Kisah Inyiak, sosok mitologi tersohor di Ranah Minang.