"Lo serius, dia yang nyapa duluan?" Rani melebarkan matanya, antusias bertanya. Aku hanya tersenyum tipis. Lelaki yang terus kutatap di taman 2 tahun terakhir, kemarin sore mengajakku berbicara lebih dulu. Dengan untaian kata hangat yang dikeluarkannya, aku terus menatapnya dalam. Kami bercengkrama, membunuh waktu berdua. Hadirnya cukup untuk sedikit banyak menyingkirkan letihku. Namun, berapa lama lagi waktu berbaik hati? Akankah kami terus bergandengan, atau semesta justru membiarkan kami berjalan bersisian?