Tidak ada yg sempurna bukan, jika kita diciptakan sebagai makhluk Tuhan? Bahkan untuk mendekati kesempurnaan, bisa saja membutuhkan pelengkap. Seorang lelaki yang banyak mata memandang sebagai seorang yang sempurna, ternyata jauh dari dugaan mereka. Langkahnya selalu sepi, laranya terlalu dalam. Hingga seseorang datang melengkapi hidupnya. Perlahan semua kembali menemukan titik untuk menuju kesempurnaan. Namun lagi-lagi, yang terlihat sempurna ternyata tetap akan sirna. Meski Arsa mencintai Zayana setulus hatinya, dan tak ingin kehilangan wanita yang dicintai, perjalanan keduanya tak akan ada yang bisa meramalkannya. "Kenapa kita nggak pacaran?" Tidak ada jawaban, Arsa geming. Baginya hal itu bukan perkara penting yang perlu untuk dibesarkan. "Aku nggak mau kita putus. Sampe kapan pun," Arsa tercekat mendengar ucapannya sendiri. Andai Zayana mengerti, betapa lelaki itu mendambanya sejak pertama kali mereka bertatap mata. Andai gadis itu paham, bahwa Arsa menjadikannya sebagai tujuan hidupnya dengan mimpi menjadi tua bersamanya. Ini bukan hanya bualan remaja yang sedang di mabuk asmara. Ini perasaan tulus dari Arsa, hanya untuk Zayana.