9 parts Ongoing "Bisa gak berhenti ngerokok?" Suara Lea terdengar ringan, tapi sorot matanya menyimpan keteguhan.
Alfan berdiri menyandar di motornya, satu tangan memegang rokok, asap melayang malas di udara. Tatapannya turun pelan ke arah Lea, seperti sedang menilai apakah pertanyaannya layak dijawab.
"Gak." Jawabnya singkat, datar-tapi justru itu yang bikin suara itu terdengar dalam dan berbahaya.
Lea menghela napas. "Bisa, kalau lo mau."
Alfan tertawa kecil, bukan karena lucu. Lebih ke tawa dingin, berbahaya, kayak singa yang diganggu pas lagi malas.
"Masalahnya," katanya sambil membuang rokok ke tanah, menginjaknya perlahan dengan sepatu, "gue gak pernah punya kemauan buat berhenti dari sesuatu yang nikmat."
Lea menatapnya, masih mencoba logika. "Terus lo maunya apa?"
Alfan maju. Satu langkah. Dua langkah. Sampai Lea harus mendongak. Sampai napasnya kehabisan ruang. Tangan cowok itu naik, menangkup tengkuk Lea, kuat, tapi gak kasar-lebih ke 'lo gak akan bisa kabur sekarang'.
"Maunya?" bisik Alfan, dekat banget. Nafasnya panas, suaranya rendah dan dalam. "Your Lips."
Lea menelan ludah, tubuhnya menegang. Tapi dia gak bergerak, gak bisa.
"Gue berhenti ngerokok... kalau setiap malam bisa candu sama lo." Alfan mendekatkan bibirnya ke telinga Lea, napasnya mengiris kulit.
"Kalau tiap kali gue pengen rokok, gantinya lo yang gue isep." Bisikannya brutal. Jelas. Tanpa sensor.
Lalu dia mundur pelan, tapi sorot matanya masih mengunci Lea.
"Deal?"
......
Content warning(s) : alcohol; smoking; harsh words; dirty jokes; dirty pick up lines; intimate skin contact; kissing, etc