Harus masuk pesantren kalau mau dimaafkan! Ibam galau memikirkan syarat gila yang orangtuanya berikan. Dia yang biasa berantem dan berteriak di jalan, mana cocok memakai sarung dan peci? Belum lagi statusnya yang akan berubah menjadi santri. Parahnya, peraturan ketat pesantren dan masalah yang timbul akibat kenakalannya dulu perlahan menggempur Ibam dari segala sisi. Bisakah Ibam mengukuhkan diri agar tetap nyantri? Atau malah putar haluan kembali ke jalan?