Bahwasannya agar bisa sembuh, luka perlu dirawat. Tidak bisa dibiarkan begitu saja untuk bisa menyembuhkannya. Sebab tidak semua luka yang dibiarkan begitu saja akan kering. Pada faktanya, beberapa luka tertentu malah semakin parah saat dibiarkan begitu saja. Berujung infeksi atau yang parahnya sampai ada yang diamputasi. Allaah, Tuhan kita memang Maha Baik, Dia begitu pemurah pada hamba-hamba-Nya. Tapi, bagaimana bisa keadaan berubah tanpa sedikitpun pengusahaan yang kita lakukan? Time healing is nothing. Yang ada hanyalah kesembuhan terjadi karena sebuah usaha, doa dan kesabaran dalam proses penyembuhan. Ini kisah tentang Syahlika Razya, perempuan yang berusaha menemukan jalan untuk pulang ke rumah yang sesungguhnya. Tentang Syahlika, lukanya yang belum usai, juga cara Syahlika untuk menyembuhkan rasa sakitnya. Serta perjuangannya untuk menghadapi quarter life crisis.
"Resusitasi adalah prosedur medis darurat yang dilakukan untuk menyelamatkan nyawa seseorang saat pernapasan atau jantungnya berhenti. Lakukan dengan segera dengan Posisi tangan harus pas hingga proses kompresi jantung bisa maksimal. Tapi tentunya akan ada efek samping, salah satunya patah tulang."
Satu bait penjelasan medis yang malah membuat mata dr. Adis berkaca-kaca ingin menangis. Padahal penjelasannya tidak ada hubungannya sama sekali dengan kisah hidupnya. Namun ketika ia renungkan semakin dalam, analogi itu sangatlah cocok.
Bahwa ia bertemu dengan seorang pria yang sedang sekarat dalam urusan percintaan. Seorang pria yang pernah patah hati hingga mati rasa. Jantung bagian percintaannya berhenti berdetak. Lalu dengan polosnya, Adis mencoba memberikan pertolongan dengan cara menyentuh jantung hatinya. Memberi tekanan-tekanan cinta, berharap jantung hati pria itu akan kembali berdetak normal hingga bisa kembali merasakan jatuh cinta.
Namun sayangnya Adis tidak memperhitungkan lebih jauh lagi bahwa berhasil atau tidak berhasilnya resusitasi yang ia berikan pada pria itu, tetap akan menimbulkan efek patah hati.