Sesaat matanya yang sedikit mengerjap, hingga ia dibuat bingung dengan perbedaan yang berada pada sekitarnya dan tepat saat dirinya bersitatap dengan Pemuda berperawakan tegap dan manik mata menatapnya tajam. Pemuda yang terbalut baju laki-laki khas Jawa kuno dan blangkon berwarna coklat yang tertata apik di atas kepalanya, belum sempat menelisik lebih, "Koe duduk wong Pribumi!" sebuah tudingan dengan hentakan mengarah dirinya. Toen-djoengan, 1950. writte, sam.