Menyandang status marga keluarga terendah bukanlah hal yang mudah bagi sosok perempuan bernama Nawang Indraswari. Hari-harinya penuh dengan ketidakadilan. Berteriak pun percuma, tidak ada yang akan mendengarkan. Apalagi jika sampai menangis, hanya akan membuang-buang waktu.
Selama bertahun-tahun dia, keluarga, serta sahabatnya tidak pernah mendapatkan hak yang sama seperti keluarga-keluarga lainnya. Mereka bertahan hidup dengan harapan, akan ada hari di mana keadilan itu akan berdiri dengan kokoh. Saat hari itu tiba, tidak siapapun dapat membanggakan nama belakang mereka. Dan bila hari itu tiba, yang terinjak-injak hampir mati akan bangkit dan menyuarakan hak mereka.
"Walaupun banyak hal yang ingin kamu sampaikan, tetap ingat, Nawang ... lakukanlah hal-hal yang tidak bisa dunia dapatkan, rasakanlah hal-hal yang tidak bisa dirasakan oleh dunia, dan pikirkanlah sesuatu yang dunia pun tidak sempat kepikiran. Taburilah kebaikan di dunia ini dengan tulus dan tanpa batas," ucap Kusuma bapak Nawang.
Nawang merasa tugasnya sebagai marga Indraswari terlalu berat untuk diemban. Hingga hari demi hari, minggu demi minggu, dan tahun pun berganti ... selalu ada masalah yang 'tak kunjung mereda. Mulai dari kematian sahabatnya, teman-teman kuliahnya yang selalu mengasingkannya, serta orang baru yang selalu membuat hatinya berdebar tidak karuan. Seakan paket belanja, semuanya tersusun rapi dan runtut namun, meninggalkan jejak yang pahit.
"Perkenalkan, saya Nawang Indraswari dari jurusan ilmu komunikasi. Selama bertahun-tahun saya selalu diasingkan ..., diinjak ..., dan dijauhi dalam bermasyarakat. Namun, hari ini saya berjanji dengan segenap harga diri saya ... saya akan menjadi pemimpin yang cerdas dan baik dalam menjalankan tugas saya sebagai pimpinan tim jurnalistik Universitas Bratindra!"
Hingga akhir cerita itu tiba, apakah Nawang sanggup bertahan dan tetap menjadi dirinya sendiri?
***
Start: 23 Mei 2022
Finish: On going
Cover: Pinterest
#WMWPapilioTodos os Direitos Reservados