KANDANG ALAS
  • Membaca 2,865
  • Suara 108
  • Bagian 46
  • Membaca 2,865
  • Suara 108
  • Bagian 46
Lengkap, Awal publikasi Mei 29, 2022
Dewasa
Bunyi botol yang tergantung dihembus angin membentur sebuah paku yang juga digantung dalam satu tali. Suasana semakin mencekam dibawah langit yang tak lagi menyisakan warna jingga.

Pertigaan jalan yang terlihat banyak ditumbuhi rumput-rumput menjalar, menambah suasana semakin menakutkan baginya. Buah apel yang dia beli tadi masih tergeletak di kursi depan mobil sementara di sebelahnya ada sebuah boneka beruang berwarna putih. 

"Siapa itu!" perempuan itu mengernyitkan dahinya, mencoba menangkap sosok dalam penglihatan yang mulai samar oleh suasana malam. 

Cahaya sinar dari sumbu minyak itu berpendar menerangi bagian perut sosok itu, tampak baju lurik bergaris ke abu-abuan yang terlihat kumal, membalut tubuh yang terlihat tegap. 

Lampu Ting itu perlahan diangkatnya, terlihat jelas wajah lelaki itu, paruh baya yang memiliki tatapan tajam itu sempat membuat sang perempuan undur beberapa langkah ke belakang. 

"Apa yang kamu lakukan di sini hah!" tambahnya.

Mata tajam itu seakan-akan menggambarkan kebengisan, yang semakin membuat perempuan itu ingin segera lari masuk ke dalam mobil. Belum juga niatnya terlaksana, tangan lelaki yang masih memegangi lampu itu melambai ke arahnya. 

Perempuan itu hanya mengikuti langkah-langkah lelaki yang baru di jumpai ini. Tampak di depan sebuah rumah kecil yang terang dengan memperlihatkan beberapa perkakas bengkel.

"Masuklah, aku akan segera membawa peralatan untuk mengganti ban mobilmu."

Lelaki itu meletakan lampu Ting, memutar piringan kecil yang menarik sumbu semakin tenggelam hingga api padam. Lalu dia masuk ke sebuah ruangan melalui pintu kecil yang tak jauh dari tempat sang perempuan itu duduk. 

"Kamu pasti haus, ini, minumlah." Disodorkan gelas beling itu kepada sang perempuan.

"Terima kasih, saya harus memanggil apa." Di teguknya air di gelas tersebut.
Pertanyaan itu tak dijawab.

Tak lama lalu terdengar tubuh perempuan itu terjatuh dari bangku kayu yang didudukinya. 
Lelaki itu tersenyum...
Seluruh Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
Daftar untuk menambahkan KANDANG ALAS ke perpustakaan Anda dan menerima pembaruan
atau
Panduan Muatan
anda mungkin juga menyukai
BELASUNGKAWA II oleh aqilahsadegh
17 Bagian Sedang dalam proses
Jika ada kejadian mistis yang disebabkan oleh hantu yang menempel ke tubuh kita dari suatu tempat, kita bisa dengan mudah mengusirnya kembali dengan doa dan sikap yang berani. Jika ada teror hantu yang sudah menjadi penunggu lama di rumah kita, tentu masih bisa diajak 'berbicara' dan semua mungkin akan baik-baik saja. Atau... jika ada sesosok makhluk halus yang menganggu di alam mimpi kita pada malam hari, tentu hal itu tidak akan terjadi selamanya sampai kita mati. Hantu, hantu, hantu. Sekali kita mengabaikan mereka, hantu akan pergi sendiri. Sekali kita mengusir mereka, hantu akan minggat secara mandiri. Namun, bagaimana jika hantu yang mengikuti kita bukan sekedar sosok ghaib yang mencari perhatian manusia? Melainkan sesosok arwah penasaran yang mati secara tak wajar. Ia meminta untuk diselesaikan urusan dunianya, memohon kepada kita untuk membebaskan keluarga yang ditinggalkannya dari perjanjian ilmu hitam yang belum selesai. Wajahnya yang tidak sedap dipandang, kain kafan butut yang menyelimuti tubuhnya, dan tanda-tanda kedatangannya yang membuat tubuh menggigil ketakutan, tak peduli siang atau malam. "Kenapa harus kita?" tanya Mehri dengan tatapan kosong, menatap pemandangan Keraton Surakarta Hadiningrat di depannya. Harrir menoleh. Rahangnya mengeras. Ia marah, tapi tak bisa mengatakan kata-kata sarkas. Ini wilayah keraton. Dia tidak bisa mengucapkan apapun, jadi yang terdengar hanyalah dengusan kesal yang tertahan. "Kita ke Solo ini mau ngapain?" tanya Muthi. "Mau belajar," jawab kedua sepupunya bersamaan. "Ada tujuan, 'kan? Berarti Tuhan juga punya tujuan kenapa harus kita yang ditandai Almarhum Pak Yanto." Harrir mengerjap lemas, menatap Muthi. "Tapi tetap aja. Kenapa harus kita yang seolah menanggung dosa dia?"
Lembur Kuntilanak oleh difanabercerita
66 Bagian Sedang dalam proses
Rasa penasaran kadang menjerumuskan kita pada suatu hal yang tidak terduga, begitu juga dengan apa yang dialami oleh Ashila, Dion, Fadly, Rafa dan juga Tara, mereka tidak sengaja masuk ke dalam sebuah desa yang sudah lama ditinggal oleh penghuninya bahkan untuk menyebut nama desa tersebut adalah sebuah pantangan tapi salah satu diantara mereka dengan sengaja mengambil sebuah benda keramat yang membuat rentetan kejadian horor menimpa mereka dan terungkapya sebuah rahasia pilu mengenai desa yang disebut lembur kuntilanak tersebut. Bagaimana kelanjutan ceritanya? Mari membaca cerita horor lembur kuntilanak ini sampai dengan selesai, pastikan kalian tidak sendirian karena mereka yang tak kasat mata bisa saja sedang menemani kalian membaca saat ini. Penulis Novel: Difana Cerita horor ini terinspirasi dari sebuah jalan di Kota Bandung yang terkenal dengan keangkerannya, dimana banyak orang yang sering melihat banyak kuntilanak hampir di setiap pohon di jalan tersebut dan orang-orang menyebutnya Lembur tengah, adapun setiap kejadian horor yang ada di cerita ini sebagian besar adalah cerita nyata yang diangkat dari orang-orang terdekat penulis. Mohon kerjasamanya untuk menghargai sebuah karya, untuk berbagi cerita mohon cantumkan nama penulis dan sumbernya. DILARANG KERAS MEMBAWAKAN CERITA INI DIMANAPUN TANPA SEIZIN PENULISNYA, MOHON KERJASAMANYA YA UNTUK KESUKSESAN PENULIS. 1 #Ceritahororindonesia 20 Januari 2024 1 #Ceritahorror 25 Februari 2024 2 #petualangan 27 Februari 2024 2 #misteri 28 Februari 2024 1 #pocong 4 April 2024 12 #mistis 12 September 2024 3 #horror 27 Oktober 2024
anda mungkin juga menyukai
Slide 1 of 10
BELASUNGKAWA II cover
HYERI'S OBSESSION [GXG] END cover
Kisah Seorang Wanita cover
Ipat Ipat Demang Kajang cover
 ESCAPE INTO DANGER  cover
Sundari, gairah cinta di era Kolonial  cover
SUSUR cover
Om Raga  cover
Lembur Kuntilanak cover
PITUNG DINO [complete] cover

BELASUNGKAWA II

17 Bagian Sedang dalam proses

Jika ada kejadian mistis yang disebabkan oleh hantu yang menempel ke tubuh kita dari suatu tempat, kita bisa dengan mudah mengusirnya kembali dengan doa dan sikap yang berani. Jika ada teror hantu yang sudah menjadi penunggu lama di rumah kita, tentu masih bisa diajak 'berbicara' dan semua mungkin akan baik-baik saja. Atau... jika ada sesosok makhluk halus yang menganggu di alam mimpi kita pada malam hari, tentu hal itu tidak akan terjadi selamanya sampai kita mati. Hantu, hantu, hantu. Sekali kita mengabaikan mereka, hantu akan pergi sendiri. Sekali kita mengusir mereka, hantu akan minggat secara mandiri. Namun, bagaimana jika hantu yang mengikuti kita bukan sekedar sosok ghaib yang mencari perhatian manusia? Melainkan sesosok arwah penasaran yang mati secara tak wajar. Ia meminta untuk diselesaikan urusan dunianya, memohon kepada kita untuk membebaskan keluarga yang ditinggalkannya dari perjanjian ilmu hitam yang belum selesai. Wajahnya yang tidak sedap dipandang, kain kafan butut yang menyelimuti tubuhnya, dan tanda-tanda kedatangannya yang membuat tubuh menggigil ketakutan, tak peduli siang atau malam. "Kenapa harus kita?" tanya Mehri dengan tatapan kosong, menatap pemandangan Keraton Surakarta Hadiningrat di depannya. Harrir menoleh. Rahangnya mengeras. Ia marah, tapi tak bisa mengatakan kata-kata sarkas. Ini wilayah keraton. Dia tidak bisa mengucapkan apapun, jadi yang terdengar hanyalah dengusan kesal yang tertahan. "Kita ke Solo ini mau ngapain?" tanya Muthi. "Mau belajar," jawab kedua sepupunya bersamaan. "Ada tujuan, 'kan? Berarti Tuhan juga punya tujuan kenapa harus kita yang ditandai Almarhum Pak Yanto." Harrir mengerjap lemas, menatap Muthi. "Tapi tetap aja. Kenapa harus kita yang seolah menanggung dosa dia?"