Tinta yang tertulis tak dapat lagi dihapus, Ukiran yang terpahat tak dapat lagi diuabah dan begitupun dengan pikiran manusia yang sudah mempercayai sesuatu tak bisa membedakan salah dan benar. Walaupun air mata kepedihan jatuh tak akan dipedulikannya, seperti pisau yang tertancap pada tubuh seseorang dari lagit tak akan bisa dicabut selamanya, terlalu dalam, terlalu kuat, tersangkut di inti jantungnya. Tapi dengan kegigihan pisau itu akan tertarik juga sembari membebaskan jiwanya. Pikiran sakit yang sudah terlanjur dalam tak akan pernah sembuh atau disembuhkan, dan karena itu pikiran itulah yang menjadi hal paling baik dan disisi lain adalah yang paling buruk.
"Sekalipun hamil anak gue, lo pikir gue bakal peduli?"
Ucapan terakhir sebelum cowok brengsek itu pergi.
Gadis sebatang kara itu pun akhirnya berjuang sendiri melahirkan anaknya tanpa suami. Menjadi ibu tunggal bukanlah hal mudah, apalagi lambat laun sang anak selalu bertanya tentang keberadaan ayahnya.
"Mommy, Al selalu doa sebelum bobo. Diulang tahun Al yang ke 5 nanti, papa pulang terus bawain Al boneka dino."
Ibu muda itu hanya menangis, seraya memeluk anaknya. Lalu bagaimana jika ternyata sang ayah juga sebenarnya menginginkan Al.