Lembayung dan Jenaka telah menikah tiga tahun lamanya. Saling mencintai bukan alasan keduanya berakhir menikah dan menghabiskan waktu tiga tahunnya untuk berada dalam satu atap.
Mereka, korban perjodohan oleh orang tua.
Tiga tahun berselang, Lembayung tiba-tiba menggungat cerai sang istri. Jenaka tahu Lembayung tidak pernah mencintainya. Sejauh apa pun usaha Jenaka agar Lembayung melihatnya, nyatanya usaha Jenaka sia-sia.
"Aku cintanya sama orang lain."
Jenaka mengangguk kecil. "Dia lebih baik dari aku?"
Lembayung menatap Jenaka, sepintas. "Ya."
Jenaka diam selama tiga detik. Dihelanya napas singkat, kepalanya terangkat setelah dirasanya telah cukup diam dan berpikir sebelum mengambil keputusan.
"Ayo, kita cerai." Jenaka mengiyakan permintaan Lembayung. "Tapi aku punya satu syarat."
"Apa?" Lembayung menatap Jenaka, datar.
"Satu bulan," gumamnya. "Perlakukan aku sebagaimana seorang istri selama satu bulan. Setelah itu, kamu boleh ceraikan aku."
"Kamu gila?" pekik Lembayung.
"Aku nggak mau pernikahan tiga tahun kita terasa sia-sia. Beri aku kenangan indah selama kita bersama dalam satu bulan. Setelahnya, kamu bebas mau bersama perempuan mana pun."
Tiga tahun bersama bukan berarti Jenaka dan Lembayung memiliki kenangan indah. Mereka hidup sesuai apa yang keduanya inginkan. Namun entah kenapa, setahun belakangan Jenaka mulai berubah banyak. Jenaka bahkan memperlakukan Lembayung sebagaimana seorang istri kepada suaminya.
Jenaka hanya menginginkan Lembayung bersikap baik padanya selama satu bulan. Karena setelah itu, Jenaka akan melepas Lembayung... dengan tenang.