Nasha selalu merasa yakin bahwa keberuntungan itu ada. Sebelum badai besar menghantam keras dan merenggut bagian terpenting dari sisa kehidupan yang dia punya. Di usinya yang baru menginjak angka delapan belas, dia memutuskan bahwa mati lebih baik daripada melanjutkan kehidupan. Ajaibnya, tiba-tiba sebuah keberuntungan datang. Jawaban dari doa yang diam-diam selalu dia panjatkan. Tapi apakah keberuntungan itu masih layak disebut sebagai keberuntungan ketika yang menyambutnya adalah tangisan?
1 part