Hindia Belanda & Tentang Nawasena
  • Reads 150
  • Votes 25
  • Parts 3
  • Reads 150
  • Votes 25
  • Parts 3
Ongoing, First published Jun 14, 2022
Izinkan aku bercerita tentang bagaimana masa terindah sekaligus terburuk dalam hidupku terjadi. Boleh saja aku sebut petaka, namun tanpa semua itu aku tak akan pernah tahu bagaimana rasanya menatap sesuatu yang begitu sempurna. 

Nawasena, lelaki tanpa marga yang mebuatku jatuh hati sejak pandangan pertama. Aku menyukai segala hal tentangnya, terutama tentang mata yang menghilang setiap ia tersenyum riang, seringkali membuatku tak ingin pulang dan terus berbincang. 

Tentang Nawasena, hadirnya menjatuhkanku dari lamunan senja.
Mengembalikanku pada peredaran semesta. Menenggelamkanku pada cakrawala yang tengah membakar di depan sana.

Di atas tanah bak syurga, Hindia Belanda.
All Rights Reserved
Sign up to add Hindia Belanda & Tentang Nawasena to your library and receive updates
or
#68hindiabelanda
Content Guidelines
You may also like
You may also like
Slide 1 of 10
Dosa Ku cover
Kesayangan Bunda cover
Stars Behind the Darkness (End) cover
𝐒oerabaja, 1730 cover
He Fell First and She Never Fell? cover
Kisah Tak Sempurna cover
After Graduation cover
Fiction -sungjake✔ cover
Second Best [ RONY X SALMA ] cover
Rafa  cover

Dosa Ku

55 parts Ongoing

Liu Qiaqio, Permaisuri Dinasti Jin, telah menyerahkan hati, jiwa, dan raganya untuk sang kaisar. Dia mencintainya dengan sepenuh hati hingga merasa lelah, tetapi sang kaisar yang dingin hanya memiliki mata untuk satu orang, dan orang itu bukanlah dirinya. Kehangatan di mata kaisar saat memandang orang itu tidak pernah menjadi miliknya, kelembutan suara kaisar saat berbicara dengan orang itu tidak pernah ditujukan padanya, bahkan hingga ajal menjemput. "Apa salahku sehingga kau membenciku sejauh ini? Apa aku telah melakukan kesalahan sehingga kau memandangku dengan begitu hina? Apakah mencintaimu adalah dosa yang begitu besar?" tanyaku dengan lemah. "Dosamu adalah mencintai seseorang yang seharusnya tidak kau cintai," jawabnya dingin. 'Dia benar, aku telah menghabiskan terlalu banyak cinta untuknya hingga aku tidak punya sisa cinta untuk anak-anakku, untuk mereka yang benar-benar peduli padaku. Jika aku diberi satu kesempatan untuk menebus semua itu, aku akan menghabiskan seluruh hidupku melakukannya,' pikirku sembari menutup mata dan menyambut kematian. Atau begitulah pikirku.