"Sabar" Kata yg selalu aku dapat ketika aku mencoba mengalirkan beban pikiranku pada orang lain. Dan "tembok" Sabar itu cukup membungkam mulutku untuk tidak mengutarakan satu kata lagi. Sehingga mau tidak mau, aku harus menahannya lagi di kepalaku . Aku terus mencari tempat pulang yang bisa membantuku agar bom pikiran dikepala tidak meledak seiring berjalannya waktu. Aku mencoba untuk selalu kuat, bertahan, menahan tangis . Tapi pada akhirnya aku adalah manusia lemah yg selalu pura2 kuat. Selalu mencari tempat pulang dari orang lain, terlihat bodoh bukan? Tanpa sadar tempat pulang terbaik adalah diriku sendiri, yg sudah aku rusak menjadi puing2 rongsokan . Aku melupakan fakta bahwa Tuhan adalah tempat pulang yang terbaik.All Rights Reserved