"Gue mau kita putus." Kalimat itu diucapkan dengan nada sangat rendah oleh Richel. Nada yang mengartikan bahwa dia sangat kecewa terhadap hubungannya itu. "Maksud kamu?" "Gue udah capek sama semua sikap lo. Perlakuan lo yang selalu nge treat gue like a queen, tapi kenyataan nya di pikiran lo..." Richel menjeda ucapannya dan menghapus air matanya. "Di pikiran lo masi keinget sama bayang bayang mantan lo. Selama ini gue diem bukan berarti gue baik baik aja. Tapi, gue percaya, one day lo bakal bisa ngelupain mantan lo itu. Dan nganggep gue sebagai pacar lo. Tapi kepercayaan itu, udah ngga bisa lagi gue pegang. Dan hari ini, gue udah muak sama hubungan kita. Lo pergi sekarang," bukan hanya menangis, Richel mengubah posisi berdirinya dengan jongkok. Ia menyurukkan wajahnya. "T-tapi, Chel," Kini lelaki itu menyamakan posisinya dengan kekasihnya. "Lo budeg, tadi gue bilang apa?!? PERGI, GUE BILANG! PERGI, NAN!" Adnan menyerah. Saat ini, emosi Richel sangat tidak stabil. Adnan melangkah pergi meninggalkan Richel.