"Kamu tidak kasian sama suamimu? Kay menikah itu supaya bisa 'gituin' istrinya, ini malah dicoblos aja gak bisa. Udah! Lepasin aja Kay, supaya dapat wanita yang normal. Gak seperti kamu!" kata-kata culas yang dilontarkan mertua perempuannya itu, sangat menusuk hatinya. Sepertinya air mata sudah tidak bisa keluar lagi, karena terlalu sering mendapatkan hinaan atas ketidaksempurnaan tubuhnya itu. Penina hanya bisa diam dan merintih di dalam hatinya. Sebagai seorang penyintas Vaginismus, Penina sendiri tidak mengerti. Apa yang terjadi pada tubuhnya? Di mana kewanitaannya menolak bentuk sentuhan apapun. Bukan jenis kesakitan seperti perawan dalam mengalami malam pertamanya. Namun, kewanitaannya seperti membentuk benteng berupa otot-otot yang mengeras. Sehingga ia sangat kesakitan bila Kay suaminya, ingin melaksanakan kewajiban sebagai seorang suami. Mampukah suami-istri ini mempertahankan mahligai rumah tangganya, di tengah ujian demi ujian yang kadang tidak tahan untuk mereka hadapi?All Rights Reserved
1 part