Nirmala Arista harus menerima takdir terburuk dalam hidupnya. Jelang satu bulan pernikahan, dia mengalami kecelakaan dan membuat syaraf matanya tidak lagi bisa berfungsi. Satu minggu menjelang hari H, calon suaminya--Banyu--justru tiba-tiba saja menghilang tanpa kabar. Padahal Banyu sudah berjanji kalau dia akan menerima apa pun keadaan Nirmala. Keluarga dari pihak calon mempelai pria dan wanita tentu saja merasa malu akan kejadian tersebut. Masalahnya, semua sudah direncanakan secara matang. Tidak mungkin dibatalkan begitu saja. Tidak ingin lepas dari tanggung jawab dan menahan malu seumur hidup, lantas keluarga Banyu memilih putra bungsu mereka untuk menjadi pria pengganti. Tak juga bisa menolak, Sabda harus menerima pernikahan tiba-tibanya dengan lapang dada. Bisakah Nirmala menerima Sabda--pria yang dua tahun lebih muda darinya? Lantas bagaimana dengan Sabda yang harus beristrikan wanita tunanetra?