Suara yang mengerikan terus menggema disepanjang dia melangkah. Penampilannya sangat acak dengan bau yang tidak sedap. Semuanya bersumber dari kekacauan yang terjadi sekarang. Perang.
"HYAAAHH!" Jeritan itu terus menggema disekelilingnya tanpa henti.
Matanya yang kusam tanpa henti memperhatikan setiap dari mereka. Genggaman disenjatanya mengerat dan dengan mudahnya merenggut nyawa kesekian kalinya. Tanpa rasa kemanusiaan terhadap musuh.
'Aku ingin mendengarmu,'
'Aku ingin bertemu denganmu,'
'Aku ingin disisimu hingga akhir hayatku,'
'Jika ada takdir yang mempertemukan kita, aku akan berjanji selamanya bersamamu,'
'Tolong jangan menyerah pada janjiku,'
Wajahnya menghantam tanah dengan keras. Tubuhnya gemetar dengan nafas yang sesak. Sekian banyak dari mereka, kini menyisakan segelintir yang tetap egois untuk bertahan. Mereka yang meninggalkan perang, kembali ke benteng masing-masing dan menyusun rencana baru. Sedangkan mereka yang sekarat akan ditinggalkan untuk berakhir.
Lautan mayat dengan cairan kental keluar dari tubuh mereka. Tubuhnya lelah terbalut akan amisnya darah, keringat, dan debu yang sekarang menyatu dengan yang lainnya. Tidak disadarinya jika luka yang dialaminya sangatlah berat, bahkan niatnya yang setengah tidak mampu membawanya untuk bangun. Membeku ditengah dataran yang mengerikan di waktu yang bahkan sulit untuknya menilai.
'Jika takdirku kembali bertemu denganmu,'
'Jika perasaanku tetap sama terhadapmu,'
'Bahkan dikehidupan baru yang asing sekalipun-
Aku akan tetap mencintaimu,'
Main Chara:
. Male!Umi Sonoda
. Male!Honoka Kousaka
. Male!Eri Ayase
. Male!Rin Hoshizora
. Male!Nico Yazawa
⚠️WARNING!
. Gaje
. OOC
. Typo
LoveLive bukan punya saya.
Mayor Teddy menyebut Diajeng Serena sebagai Ratu 1001 Modus. Dua tahun terakhir menjalin hubungan tanpa status tak membuat Teddy menjawab soal kepastian.
Lewat tuts piano setelah pertengkaran mereka kala itu, Serena menyuarakan perasaannya. Tentang sakitnya, tentang kecewa dan tentang ikhlasnya.
Serena pernah meminta Teddy mempersembahkan satu lagu untuknya yang ia abaikan, tapi kala itu tanpa diminta Teddy menekan tuts piano demi Serena.