"Bapak tidak berhak mengatur saya seperti itu! Bapak bukan orang tua atau suami saya yang ...." (Anindyaswari) "Ya, sudah. Saya akan menjadi suami kamu. Kita menikah malam ini!" (Sersan Kusuma) Anindyaswari, guru honorer sebuah sekolah di Pontianak tiba-tiba dilamar seorang Sersan yang arogan. Dia bagai terhipnotis, tidak bisa menolak. Sersan Kusuma, duda beranak satu yang pernah terluka, tanpa kompromi, meminta Anindyaswari menikah dengannya malam itu juga. -------------------- Ia meletakkan kembali piring ke dalam nampan. Kemudian menyisihkannya ke samping. Di antara kami kini kosong. Tidak ada yang menghalangi. Dia merangsek maju mendekatiku. Jantungku berdegup cepat. Dia mau apa? Seketika tubuh terasa kebas, kaku, tidak bisa bergerak. Netranya menyorot dalam, menatapku lekat. Aku menatap ke sudut lain. Tidak mampu membalas tatapannya yang bagaikan menusuk qalbu. Namun, dia menahan dengan tangan kekarnya. Memaksa untuk tetap mengarah hanya padanya Aku memberanikan diri mengangkat kepala, menatap wajah dengan rahang kokoh itu. Menerima sorot netranya yang kemudian seolah mengunci, aku tak sanggup mengalihkan pandangan. Beberapa saat hening tercipta. "Setialah padaku," pintanya ketika manik kami beradu. Ada kekuatan yang menekan pada pintanya. Seperti sebuah energi penuh dendam atas sebuah luka.
3 parts