Suasana malam ini cukup baik, di langit sana, ada bulan sabit yang cerah serta banyak taburan bintang yang sangat cantik di sekelilingnya. Malam yang sepi, dan angin yang cukup tenang, menjadi teman Jehan yang saat ini sedang duduk sendirian di teras rumah sambil memainkan ponselnya. "Tapi, gue gak pernah siap kalau ada yang mau pergi dari hidup gue," katanya. "Wajar, mungkin karena orang itu punya kenangan yang berarti buat lo, makannya lo gak pernah mau dia pergi," Setelah selesai membaca jawaban teks singkat yang di kirimkan lawan bicaranya, Jehan pun menghela napas berat, lalu jarinya mulai mengetik keyboard yang ada di ponselnya. "Bener, lo terlalu berarti buat gue, makannya gue gak pernah mau lo pergi." ... Memainkan sebuah permainan di dalam dunia maya membuat Jehan lupa tentang kehidupannya di dunia nyata. Kepercayaan yang sudah hancur, kembali tersusun, dan dinding tebal yang di buatnya, perlahan runtuh. Tapi, di saat Jehan sudah menemukan sebuah tempat untuk bersandar, sosok itu perlahan pergi menjauh sampai menghilang entah kemana. Akhirnya, Jehan pun menyadari betapa bodoh dirinya. "Kamu nyata, tapi untuk memilikimu, mengapa tidak bisa?"All Rights Reserved
1 part